PWMU.CO – Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya walaupun kecil tapi berisi orang profesional penuh pengabdian. Buktinya hasil audit keuangan terakhir dinyatakan sehat.
Demikian disampaikan oleh Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya dalam Survei Verifikasi Akreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) di lokasi Jl KH Mas Mansyur 180-182 Surabaya, Kamis (3/5/2018).
Dr dr Enik Srihartatik SpKK MKes menjelaskan, satu tahun yang lalu kami mendapatkan bimbingan akreditasi, sehingga kami mempunyai keinginan untuk mewujudkannya. “Setelah mewujudkan impian itu kami tidak serta merta seperti katak dalam tempurung merasa pintar sendiri, tapi harus ada pihak lain yang menilai kami. Tentunya apa yang kami lakukan tidak pernah terlepas dari kekurangan,” paparnya
Dr Enik, biasa dia dipanggil, mengatakan, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya belum sebagai provider BPJS karena masih dalam proses. “Tetapi RS ini masih bisa saving setiap bulannya karena adanya kerja sama yang kuat dari Tim Karyawan Rumah Sakit. Pekerjaan yang kami lakukan semata-mata saling berlomba-lomba untuk kebaikan dan bersinergi di semua unit, mulai dari tukang parkir sampai laundry, dari lantai satu sampai lantai tiga semuanya bersinergi bagaimana kita bisa mewujudkan visi dan misi rumah sakit,” ujarnya.
Ditegaskan, tidak ada di antara bagian yang lebih penting. Semua berkaitan misalnya Humas (Hubungan Masyarakat) Jangmed (Penunjang Medis) dan Yanmed (Pelayanan Medis).
Satu tahun yang lalu, sambungnya, RS ini melaksanakan akreditasi perdana dengan 4 Pokja (Kelompok Kerja) yakni Penanggulangan Pencegahan Infeksi (PPI), Hak Pasien dan Keluarga (HPK), Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), dan Klarifikasi Pendidikan Staf (KPS).
“Hari ini kita akan tambah 6 Pokja lagi untuk telusur dokumen yakni AP (Asesmen Pasien), MPO (Manajemen Pelayanan Obat), MKE (Manajemen Komunikasi dan Edukasi), PAB (Pelayanan Anestesi Bedah), PAP (Pelayanan dan Asuhan Pasien), dan APK (Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan). Totalnya adalah 10 Pokja.
“Itu sebenarnya sudah dilakukan sejak rumah sakit ini berdiri, tetapi dulu tidak ada yang namanya akreditasi, belum ada penilaian yang sistematis dan terstruktur. Akreditasi memaksa kami untuk menuangkan apa yang dilakukan itu supaya terevaluasi dan termonitoring dalam penilaian tersebut,” ujarnya
Menurutnya, secara fisik rumah sakit ini sudah mentok lahannya. Kami berencana merenovasi tanpa mengganggu pelayanan. Sebagian ruang sementara relokasi tapi front office tetap di sini sehingga pelayanan pasien tetap maksimal.
“Mudah-mudahan segera terlaksana mulai Desember 2018 kita relokasi. Tim Panitia sudah tersusun, jadi secara fisik kita benahi seperti itu, ” katanya.
Sebagai RS Islam, katanya, memaksimalkan gerakan dakwah lewat Bimbingan Rohani Islam (Bimrohis) bersinergi dengan Humas. “Kalau mau branding apa saja itu sudah ready,” tambahnya lagi. (Habibie)