PWMU.CO – Siapa bilang untuk pergi ke Tanah Suci harus kaya terlebih dahulu? Tidak percaya? Bertanyalah pada Muslikan, warga asal Desa Dukuh Tunggal, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan ini.
Bahkan ia tak perlu uang sepeser pun untuk bisa melaksanakan ibadah umrah di Makkah plus ziarah ke Madinah, bersama PT Relasi Laksana Wisata, 18 -29 April 2018 lalu.
Sebenarnya suami Munsyifah dengan lima anak ini tidak percaya ia bisa pergi ke Haramain. Baginya, umrah adalah ‘barang mewah’, sebuah mimpi belaka. “Saya sendiri tak membayangkan bisa pergi umrah,” ujarnya pada PWMU.CO, Kamis (3/5/18).
Pasalnya, sehari-hari ia adalah seorang tukang becak. Rasanya, tidak mungkin dari penghasilannya sebagai abang becak itu ia bisa membiayai puluhan juta rupiah ongkos perjalanan ke Tanah Suci. Sementara kehidupan ekonomi rumah tangganya—sebagaimana umumnya kaum alit alias rakyat kecil di negeri ini—masih serba sulit.
Ia mengakui penghasilannya sebagai tukang becak tak menentu. “Kadang dapat Rp 30 ribu, kadang Rp 50 ribu sehari. Bahkan kadang-kadang tidak dapat apa-apa,” ujar Pak Likan yang sudah tujuh tahun mangkal di sekitar Pasar PPI atau Pasar Tembok Surabaya ini.
Tapi Allah berkehendak lain. Banyak jalan untuk bisa menemui-Nya di Tanah Suci. Seperti yang akhirnya terbukti dalam perjalanan umrah Pak Likan—panggilan akrabnya.
Pak Likan ingat betul ucapan Drs H Hamri Al Jauhari MPdI, Wakil Ketua PDM Surabaya, yang menjadi pembimbing umrah rombongannya.
“Memang benar kata Ustadz Hamri bahwa tidak semua orang yang punya uang, mau dan mampu melaksanakan ibadah haji atau umrah,” ujarnya.
Sebaliknya, dia melanjutkan, tidak semua orang yang tidak punya uang, tidak bisa haji atau umrah. “Kalau sudah Allah SWT yang memanggil, bukan hanya ongkos untuk berangkat yang terselesaikan, soal sangu pun juga tiba-tiba tersedia. Subhanallah,” ungkapnya.
Rupanya, seorang agniya (dermawan) warga Muhammadiyah Lamongan dijadikan Allah sebagai perantara untuk memanggil Pak Likan.
“Aghniya Muhammadiyah asal Lamongan itu menitipkan sejumlah uang untuk biaya umrah kepada Pak Muhammad Soleh, salah satu pengurus KBIH Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya,” terang Fathul Mufid ST, General Manajer PT Relasi Laksana Wisata Surabaya, pada PWMU.CO, Jumat (4/5/18).
Agniya yang tak mau disebutkan namanya itu, sambung Mufid, berpesan agar dana itu diserahkan sebagai biaya umrah kepada yang dipandang berhak menerimanya.
Nah, bagaimana ceritanya, rezeki itu bisa jatuh ke tangan Muslikan? Kepada PWMU.CO, Soleh menjelaskan, ia memilih Pak Likan karena ada beberapa pertimbangan. Selain karena tidak mampu—seperti amanat agniya itu—dia adalah jamaah aktif Masjid Al-Ishlah,
Jalan Purwodadi Surabaya. Pak Likan sendiri ngontak rumah di daerah Jalan Tidar Surabaya.
“Beliau itu ringan tangan, seperti membantu kebersihan masjid, baik diminta tolong ataupun tidak,” ujar Soleh yang juga menjadi takmir masjid tersebut.
Rezeki nomplok Pak Likan tidak berhenti di situ. Di Tanah Suci ia mendapatkan rezeki spiritual yang luar biasa. Pertama, bersama rombongan ia bisa menjalankan shalat Jumat dua kali di Tanah Suci. Yakni di Masjid Nabawi Madinah (20/4/18) dan Masjid Alharam Makkah (27/4/18).
“Tidak semua jamaah umrah memiliki kesempatan seperti itu. Dan Pak Likan termasuk beruntung bisa mendapatkannya,” kata Mufid. Menurut Mufid, dalam paket umrah 12 hari itu, travelnya memiliki jadwal istimewa sehingga jamaah bisa Jumatan dua kali di sana.
Untuk rezeki ini Pak Likan bertutur, “Saya bisa shalat Jumat dua kali di Tanah Suci itu yang ngatur pihak travel (PT Relasi Laksana Wisata). Karena itu saya puas dan bangga dengan travel milik Muhammadiyah tersebut.”
Kedua, Pak Likan juga beberapa kali memiliki kesempatan untuk melaksanakan shalat dan berdoa di Raudhatul Jannah di Masjid Nawabi. Ketiga, dari lima kali thawaf—wajib dan sunah—yang dilakukan Pak Likan, sebanyak tiga kali dia bisa mencium Hajar Aswad.
“Saya bisa sering berkesempatan di Raudhah dan bisa beberapa kali mencium Hajar Aswad itu karena mengikuti resep pembimbing umrah. Kalau sudah niat dan yakin, insyaallah diberi kemudahan,” ungkapnya.
Dia menceritakan, pada thawaf pertama dan thawaf sunah terakhir, tidak memungkinkan untuk mencium Hajar Aswad karena dilakukan bersama-sama dengan jamaah PT Relasi Laksana Wisata. “Sebab jamaahnya kebanyakan sudah tua,” ujarnya.
Tapi ketika thawaf sunah sendirian, ia bisa menciumnya. “Alhamdulillah, saya diberi kemudahan untuk dapat mencium Hajar Aswad sampai tiga kali. Bekalnya ya itu tadi: niat dan yakin bisa,” kata Pak Likan.
Menurut dia, resep untuk mendapatkan rezeki yang tidak diduga-duga itu adalah kebiasaannya membersikan masjid di tengah-tengah kesibukannya sebagai tukang becak.
“Saya selalu menyempatkan diri untuk membersihkan masjid secara sukarela. Dan ternyata balasan Allah terhadap pekerjaan ini luar biasa,” ungkapnya penuh haru. (*)
Oleh Misbahul Munir, Tour Leader Umrah PT Realsi Laksana Wisata yang menyertai Muslikan.