PWMU.CO-Rumah Kader Padepokan HW Dau menjadi simbol gerakan kultural penggerak dakwah Muhammadiyah. Rumah yang terletak di Jalan Mulyodadi 118, Mulyoagung Dau Malang itu menjadi pusat pendidikan dan latihan, serta diskusi lintaskader Muhammadiyah.
Pekan lalu, Rumah Kader Padepokan HW Dau dikunjungi peserta Pelatihan Cabang dan Ranting Berbasis Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) se-Jawa Timur yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Menurut Ustad Insan Muhtadawan SAg (putra almarhum Ustad Abdullah Hasyim), Rumah Kader Padepokan HW Dau menggarap atau meretas pengaderan yang tidak dikerjakan dan terjangkau Muhammadiyah.
“Tahun 2003, awal kegiatannya kajian tafsir untuk kalangan Pemuda Muhammadiyah Malang Raya. Jumlahnya kisaran 10-15 orang, tiap hari Kamis malam,” ungkap Insan kepada PWMU.CO.
Lamat tapi pasti, jamaah di Rumah Kader Padepokan HW Dau terus bertambah. Akhirnya, dibangun masjid. Tujuannya untuk beribadah dan menampung jamaah pengajian lebih banyak lagi dan kader yang menginap.
“Kami juga menampung aktivitas AMM se-Malang Raya yang melakukan ekspresi dan aktualisasi di luar struktural Muhammadiyah,” lanjut Insan, mengenang awal-awal pendirian Rumah Kader Padepokan HW Dau.
Dia lalu menjelaskan, di lingkungan Rumah Kader Padepokan HW Dau diarahkan menata cara pandang dan konsep diri. Juga cara berpikir dan batin yang mengarah pada perilaku seseorang. Kemudian belajar tentang fikih Islam.
Berikutnya, kata Insan, dikenalkan dengan Muhammadiyah dan diajak berorganisasi. Pendekatan tersebut ternyata efektif. “Mereka merasa senang serta muncul rasa ingin memiliki,” cetus Insan.
Retasan dakwah komunitas ini bukan hal yang baru. Jauh sebelumnya, KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) sudah melakukannya. “Dan sekarang tidak ada salahnya kita meniru melanjutkan apa yang telah dicontohkan beliau (KH Ahmad Dahlan) serta mencari dan menemukan komunitas baru lainnya di sekitar masyarakat,” terang Insan.
Dia menambahkan, saat ini Rumah Kader Padepokan HW Dau mampu menampung 30 orang. Mereka yang singgah para mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi di Malang.
“Mereka bisa masuk rumah kader syaratnya mudah, pokoknya mau bersih-bersih, mau ngaji, dan menaati aturan. Itu saja,” ungkap dia, seraya menunjuk ke arah kamar-kamar yang ditempati para kader.
Insan lalu memberkan tips mengelola dan merangkul komunitas masyarakat di sekitarnya. Kata dia, kuncinya adalah silaturahim dan komunikasi. Dua hal itu, menurut dia, letak dakwah sesungguhnya.
“Bahkan, ketika di lingkungan masyarakat yang punya kebiasaan kurang baik seperti sabung ayam, judi, dan lainnya, kita harus hadir. Kita harus melakukan pendekatan agar mereka tidak melakukan hal itu lagi dengan cara yang baik. Karena mereka juga manusia, saya yakin ada sisi yang bisa kita sentuh”, paparnya, lantas tersenyum.
Selain itu, Insan juga kerap mengajak ngobrol komunitas yang didekatinya. Hal itu dilakukan untuk menyadarkan dan mengajak ke jalan yang benar.
“Jadi saya datangi, saya tunggui saat mereka sabung ayam, main togel, mabuk, dan perbuatan menyimpang lainnya. Pelan-pelan saya ajak ngobrol, menanyakan apa yang menjadi penyebab mereka berbuat seperti itu. Baru saya masuk ke sisi hati nurani untuk menyentuh sisi baik manusia yang saya yakin mereka pasti memiliki hal baik tersebut. Di situlah bisa kita masuki dakwah yang sebenarnya,” tutur Insan.
Dia juga menjelaskan konsep dasar Rumah Kader Padepokan HW Dau yang digagas almarhum ayahnya dan ibunya, Masruhatin. “Konsep rumah kader adalah menggawangi alur berpikir yang belum terwadahi di dakwah struktural Muhammadiyah. Inilah bidang garap Rumah Kader Padepokan HW Dau,” jelasnya.
“Semoga rumah kader bisa menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menggagas dakwah di tengah masyarakat yang sangat kompleks ini,” imbuhnya. (izzudin)