PWMU.CO – Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik Drs H Taufiqullah A. Ahmady meminta umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, untuk cerdas membaca situasi mutakhir terutama tentang hubungan agama dan politik yang sering dipersepsikan secara negatif.
“Akhir-akhir ini bicara mengenai politik itu menarik karena banyak tantangan-tantangan yang mesti bisa dibaca oleh warga Muhammadiyah,” ujarnya saat memberi sambutan dalam acara Dirasah Islamiah lil Zu’ama, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Ahad (6/5/18).
“Sebab kadang-kadang sebagai orang Islam di Indonesia tidak boleh bicara soal politik, khususnya di masjid. Itu mulai dari zaman Pak Harto sampai sekarang. Pembatasan seperti itu masih sangat kuat, tanpa kita berusaha untuk memberdayakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh untuk dibahas di masjid itu, karena tekanan-tekanan yang kuat itu kadang-kadang umat Islam itu kemudian sangat jauh, wawasan politik itu dibicarakan di masjid,” ungkapnya
Taufiq juga menyoroti soal banyaknya peringatan atau propaganda yang ditujukan kepada umat Islam untuk tidak mencampuradukkan urusan politik dan agama.
“Para politisi itu jauh-jauh dari (masa) kampanye itu bicara jangan mencampuradukkan agama dan politik. Tapi jika sudah masuk (masa) kampanye, yang tidak berjilbab menjadi berjilbab semua, tak tidak pernah pakai songkok pakai songkok, yang tidak pernah datang ke pesantren datang ke pesantren,” kritiknya.
Terhadap kenyataan itu, Taufiq berpesan agar warga Muhammadiyah bisa membaca dan menyikapinya dengan cerdas. Termasuk terhadap propaganda “Jangan mempolitisi agama”.
Secara pribadi Taufiq juga sering merenungkan, mengapa Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim, yang memiliki 25 ribu pesantren dengan 3,26 juta santri, yang banyak memiliki banyak hafidz 30 Juz Alquran, tapi sulit mencari pemimpin yang bisa ngaji dan mengimplemetasikan nilai-nilai Alquran.
Itu, menurutnya, adalah sebuah ironi, sekaligus sebuah tantangan. “Karena itu Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, yang dakwahnya itu juga harus masuk ke lapangan politik,” tuturnya.
Dia menegaskan, politik itu di mata Muhammadiyah adalah baik. “Bahkan di Muhammadiyah itu ada Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Itu juga bicara soal politik,” jelas Taufiq.
Oleh karena itu Dirasah Islamiyah lil Zu’ama—sesuai dengan garis PDM Gresik—dihadirkan untuk menjadi forum pimpinan Muhammadiyah melakukan kajian-kajian untuk meningkatkan wawasan keislaman dan ideopolitikor.
Taufiq bersyukur pada Dirasah Islamiyah lil Zu’ama ke-3 yang menghadirkan Mayjend (Pur) Kivlan Zen sebagai pembicara utama ini banyak dihadiri peserta, yang berasal dari PDM, Majelis-Lembaga, dan organisasi otonom, serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah. (MFA/MN)