PWMU.CO – Sibuk berarti tidak punya waktu santai dan menikmati waktu yang ada. Tapi bagi wanita yang satu ini, meski disibukkan dengan berbagai macam kegiatan namun tidak membuatnya sedih. Justru sebaliknya, ia senang karena bisa menikmatinya.
Baginya kesibukan menjadikan badannya sehat dan awet muda. Sebab, selain bisa bertemu banyak orang, sering bergerak terasa seperti olahraga.
Itulah yang dirasakan Sri Wahyuni SAg MPd. Ibu dua anak yang punya segudang talenta ini dalam satu bulan jadwalnya selalu padat. Di samping tugasnya sebagai guru, beberapa aktivitasnya seperti menjadi pemateri di berbagai acara serta juri di berbagai lomba. Tersedia papan schedule di rumahnya yang mencatat tanggal jadwal kegiatannya apa saja setiap bulannya.
Dalam bulan April saja ada beberapa undangan kegiatan yang harus dia datangi. Belum lagi jadwal rutinitasnya sehari-hari. Di antaranya, tanggal 7 menjadi pemateri membirama bagi guru Aisyiyah se-Kabupaten Gresik, tanggal 10 menjadi juri Lomba Hari Anak Nasional (HAN) Pendidikan Anak Usia Dini kecamatan Manyar. Tanggal 18 menjadi juri lomba menyanyi bersama HAN di kecamatan Manyar.
Tanggal 19 menjadi juri lomba Menyanyi Bersama HAN di kecamatan Kebomas. Tanggal 22 Pentas Seni Operet Kolosal di TK Mentari Kak Komang. Tanggal 22 juri lomba HAN Ujungpangkah, dan tanggal 25 menjadi juri Lomba Meyanyi Bersama HAN TK di Kabupaten.
“Setiap bulan ya jadwalnya padat seperti itu,” ujar Bu Uyun, begitu ia disapa. Baginya, membagi waktu antara keluarga, kegiatan, dan istrirahat itu mengalir begitu saja. Istirahat disempatkannnya di waktu luang. “Istirahat itu mencuri waktu,” ucapnya sambil tersenyum kepada PWMU.CO, Ahad (29/4/18)
Waktu yang digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat baik untuk diri sendirinya apalagi untuk orang lain membuat Ketua Lembaga Seni dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik ini senang dan menikmati setiap aktivitasnya. Seperti tampak saat mengikuti Rakernas LSBO, 27-28 April 2018 lalu. Di acara tersebut Bu Uyun tampil membawakan musikalisasi “Tadabbur”, puisi karya Dewi Musdalifah.
Jika tidak ada kegiatan di luar, kesibukannya menata kembali rumah yang sehari-hari ditinggal beraktivitas cukup lumayan. “Menata rak buku yang sudah tidak teratur lagi tempatnya, menata isi lemari, kadang ya sampai lupa isinya apa,” ucap Koordinator Bidang Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan dan Lembaga Kebudayaan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Gresik ini sambil tertawa.
Jadwal silaturrahmi yang tertunda juga dilakukan di sela-sela kesibukan. “Sehari penuh nyambung-nyambung,” ucap juri Festival Banjari se-Jawa Timur yang diadakan sehari setelah rakernas LSBO. Jika tidak ada waktu untuk ngobrol bersama keluarga, ia saling diskusi dengan anak-anaknya melalui handphone.
Bu Uyun mengatakan, di malam hari ia berusaha tidak melakukan kegiatan. “Tinggal santai menurunkan tensi, istirahat dan sempatkan menimang cucu sebagai penghilang lelah,” jelasnya.
Wahyu Lazuardi, anak keduanya mengatakan, komunikasi dengan ibunya pasti setiap hari dilakukan, misalnya menceritakan kegiatan masing-masing, saling tukar ide dan memberi masukan. “Waktunya nggak pasti, kalau ketemu bisa sehabis shalat, sambil nyetrika baju atau saat menunggu jemputan,” ucapnya kepada PWMU.CO, Ahad (6/5/18).
Ardi—sapaannya–menegaskan, intinya komunikasi dengan ibunya tetap terjaga, termasuk dengan, Kalam Jauhari, sang kakak yang berada di Yogyakarta. “Sering ibu minta dikirimi foto cucu-cucunya. Kalau seharian ada acara, pulang langsung cari cucunya, kalau sudah tidur kadang ibu ikut tidur di sampingnya, ujarnya.
Bagi Ardi, ibunya seperti memiliki tenaga cadangan. Rasa lelah seakan tidak tampak jika ibunya sedang beraktivitas.
Sekarang ini Bu Uyun sedang merintis grup keroncong di Gresik dan juga membuat ludruk, salah satu program LSBO PDM Kabupaten Gresik. “Tinggal menunggu alatnya saja,” ujar salah satu pemateri di Jambore Seni tingkat SMP di Gresik (2-3/5/18).
Di usianya yang sebentar lagi memasuki kepala 6, ikhlas menjalankan setiap perbuatan dan serius berkesenian merupakan “obat” yang membuat ia tetap bersemangat.
“Sebisa mungkin kita upayakan kesenian tumbuh dengan baik agar bisa menjadi filter budaya buruk yang menyerbu kita, dan juga menjadi penyeimbang dan wadah berekspresi untuk eksistensi pelakunya,” ungkapnya. (Anik).