PWMU.CO – Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Suli Daim SPd MM menghimbau masyarakat khususnya warga Muhammadiyah untuk tidak apriori terhadap politik, seperti menjadi anggota di badan legislatif DPR.
“Bagaimana kita mau mengubah kebijakan kalau kita tidak mau terjun di DPR,” jelas Suli—sapaannya—yang juga sebagai anggota DPRD Propinsi Jawa Timur dalam acara Dirasah Islamiyah lil Zu’ama, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Ahad (6/5/18).
Menurutnya, sekarang ini energi kita habis di diskusi-diskusi tanpa pernah mau eksekusi. “Padahal kita ini kalau menurut Ali bin Abi Thalib, kedzaliman itu akan terus ada bukan karena banyaknya orang jahat tapi karena diamnya orang-orang baik,” ujarnya.
Mengutuip intelektual muda Gontor Dr Hamid Fahmi Zarkasyi, Suli mengajak peserta agar sadar akan kontribusi mereka dalam pemilu dengan membacakan pendapatnya. “Jika Anda tidak mau ikut pemilu karena kecewa dengan pemerintah dan anggota DPR atau parpol Islam, itu hak Anda. Tapi ingat, jika Anda dan jutaan yang lain tidak ikut pemilu, maka jutaan orang fasikh, sekuler, liberal, atheis, LGBT, itu yang berkuasa dan menguasai kita. Niatlah berbuat baik, meskipun hasilnya belum tentu sebaik yang kau inginkan,” ungkapnya.
Untuk menguatkan argumentasinya, Suli juga menyampaikan pendapat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang mengatakan, jika orang baik tidak ikut terjun ke politik, maka para penjahatlah yang akan mengisinya. “Begitu juga Necmettin Erbakan, mantan Perdana Menteri Turki mengatakan muslim yang tidak peduli politik akan dipimpin oleh politikus yang tidak peduli pada Islam,” ujarnya.
Agar keraguan tehadap pilihan politik tak menjangkiti umat Islam, Suli menyampaikan nasihat Syekh Yusuf Qardawi, yakni jika semuanya baik maka pilihlah yang paling banyak kebaikannya, jika ada yang baik dan ada yang buruk maka pilihlah yang baik, dan jika semuanya buruk maka pilihlah yang paling sedikit keburukannya.
Suli juga mengingatkan kembali warga Muhammadiyah terhadap apa yang telah disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Haedar Nashir MSi bahwa Muhammadiyah itu selalu melibatkan diri dalam ruang politik nilai. “Jadi, proses-proses semua itu tidak harus diselesaikan dengan keputusan-keputusan resmi surat. Apalagi kemudian berbicara pada kalimat politik,” jelasnya.
Suli berharap warga Muhammadiyah bisa memahami dengan sendirinya, bahasa tubuh para pimpinan Muhammadiyah. “Tidak harus diterjemahkan satu persatu,” tegasnya.
Terakhir, Suli menyebut tiga ‘fatwa’ Ketua Muhammadiyah Jawa Timur DR M Saad Ibrahim terkait makna kepolitikan Muhammadiyah Jawa Timur ketika dipahami sebagai memainkan peran otoritatif di ruang the rulling class, entah di ranah legislatif, eksekutif, bahkan yudikatif.
Pertama, menebar virus keamanahan sehingga menjadi warna utama yang mendominasi suatu saat kelak. Kedua, memproyeksikan peran kepolitikan yang ideologis keluar ke ruangan di luar dunia Muhammadiyah seperti dulu banyak dilakonkan oleh tokoh-tokoh awalnya. Dan yang ketiga, menyalurkan antusias warganya yang mencitakan keperanan orang-orang Muhammadiyah yang diyakini atau sangat diharapkan menjadi teladan keluhuran dunia politik.
“Atas dasar itulah, Pak Najib Hamid dan Pak Zainudin Maliki diwaqafkan oleh Muhammadiyah untuk menjadi calon anggota DPD RI dan DPR RI. Semoga Allah memudahkan dan memberkahi upaya ini,” ucapnya membacakan pesan Ketua Muhammadiyah Jawa Timur. (ZAW)