PWMU.CO-Udara di daerah Prigen begitu dingin. Apalagi menjelang subuh, sangat dingin sekali. Termasuk area Agro Mulia tempat pandu Hizbul Wathan (HW) SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo melaksanakan Latihan Kepanduan dan SAR (Latpansar), Jumat-Ahad (4-6/5/2018).
Di tengah dingin itu seluruh siswa keluar tenda menuju pendapa untuk shalat malam.
“Suhu udara memang dingin, bahkan sangat dingin. Tapi semua peserta ikut kegiatan shalat lail,” kata Ramanda Ernam yang menjadi salah satu pembina HW Smamda.
Pendapa berkapasitas 200 orang itu penuh dari depan sampai belakang. Bahkan beberapa siswa putri yang haid juga hadir meski tak ikut shalat.
“Kami punya cara khusus untuk membangunkan mereka, dan membuat mereka tidak tidur lagi,” terang pria asal Sumenep ini.
Cara pertama, seluruh peserta dibangunkan dengan dipanggil, diketuk, diitik-itik. Kalau belum bangun juga, kata dia, maka tendanya dirobohkan.
“Merobohkan tenda kan gampang. Satu tiangnya dirobohkan otomatis tenda rata dengan tanah. Mau tak mau peserta akan keluar dan mengikuti shalat lail,” terang guru Smamda ini sambil tersenyum.
Robohnya tenda ini ternyata memberi kenangan heboh bagi siswa. Misalnya, Salsabila siswa kelas X IPS 5 jadi terkesan dengan robohnya tenda saat tidur.
“Saya kaget tenda jatuh di wajah. Saya pikir ini gempa, sehingga saya cepat-cepat keluar agar selamat..eehh ternyata…,” tutur Salsabila tertawa geregetan.
Kamilia, teman akrab Salsabila justru merasa surprise. Pasalnya dia sudah bangun saat panitia datang dan merobohkan tenda.
“Saya sudah bangun waktu panitia dodok-dodok tenda, tapi saya gak segera keluar. Lha kok tiba-tiba tendanya roboh. Ya langsung saya melompat keluar,” tutur perempuan berlesung pipit ini sambil tertawa.
Selama pelaksanaan shalat lail tenda yang sudah dirobohkan tidak boleh didirikan lagi. Ini untuk mencegah peserta kembali ke tenda dan tidur lagi. (Ernam)