PWMU.CO – Perempuan dengan berbagai potensinya merupakan salah satu aset pembangunan daerah. Oleh karenanya, perlu mendapat perhatian lebih khususnya di sektor perikanan dan kelautan.
Dosen Program Studi Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik Farikhah SPi Msi memaparkan hal tersebut dalam seminar “Strategi Kegiatan Usaha Hulu Migas dengan Pemberdayaan Perempuan Pesisir” yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah Ujungpangkah dan didukung SKK Migas serta PGN, di Gedung Koperasi Pegawai Negeri Ujungpangkah, Gresik, Kamis (10/5/18).
“Seberapa besar potensi laut Ujungpangkah?” tanya Farikhah mengawali presentasinya.
Ia kemudian menjelaskan, besarnya potensi tentu sebanding dengan wawasan atau pengetahuan yang dikuasai. “Semakin luas wawasan dan pengetahuan, maka semakin besar pula potensi yang dapat tergali dan termanfaatkan,” ujarnya.
Farikhah mengatakan, wilayah Ujungpangkah termasuk dalam wilayah yang diproyeksikan menjadi kawasan agropolitan, agroindustri, dan minapolitan dengan lahan seluas 6.200 hektar dominan berupa perairan, sehingga berpotensi untuk pengembangan usaha perikanan dan kelautan. “Wilayah pesisir atau pantai sebanyak 5.773,80 kilometer yang sebagiannya berlintas di Ujungpangkah. Wilayah laut pun dilengkapi dengan unit pelelangan ikan,” jelasnya.
Hal tersebut, lanjutnya, ironis karena dominasi areal perairan di Ujungpangkah tidak sebanding dengan nilai ekonomis yang dihasilkan. “Terbukti dari laporan Chalik dan kawan-kawan tahun 2014, dalam pengkajian potensi wilayah Bappeda Kabupaten Gresik bekerjasama dengan LPPM UINSA Surabaya, potensi yang menonjol di Kecamatan Ujungpangkah adalah pertanian, perkebunan, dan peternakan. Begitu juga usaha kecil dan menengah di Ujungpangkah menunjukkan pemanfaatan potensi laut dan perairan masih minim sehingga perlu ditingkatkan,” ungkapnya.
Menurut Farikhah, perempuan pesisir Ujungpangkah dapat mengambil peran sebagai aktor dalam pengembangan berbagai usaha yang ada atau usaha bisnis mandiri.
Berbagai bidang yang membutuhkan peran perempuan antara lain, pertama, pengembangan usaha kerang hijau. “Pembudidayaan kerang hijau yang telah lebih dari 6 tahun, saat ini menghadapi tantangan berat yaitu isu keamanan pangan, sehingga masyarakat menjadi was-was karena ada dugaan mengandung bahan pencemar logam-logam berat yang berdampak nilai ekonomis kerang hijau turun. Di sinilah peran perempuan untuk menaikkan nilai ekonomis usaha budidaya kerang,” paparnya.
Kedua, optimalisasi peran mangrove sebagai kawasan wisata. “Peran ibu-ibu dan pemudi dapat menjadi motor terbentuknya kawasan ekosistem mangrove bekerjasama dengan pemerintah desa atau lembaga yang telah ada,” saran Farikhah.
Ketiga, penguatan bisnis kepiting bakau. “Pembenahan dari berbagai segi perlu dilakukan mulai dari aspek produksi, teknologi, sampai aspek pemasarannya,” ujarnya.
Keempat, membuat usaha pakan formula (pellet) bagi ikan berbasis bahan lokal. “Ujungpangkah memiliki potensi sumber daya lokal yang sangat cocok digunakan sebagai bahan pakan, di antaranya bungkil jagung, ampas tahu, ikan rucah, limbah kepala udang, dan limbah ikan,” jelasnya memberi contoh.
Kelima, budidaya spirulina skala masal yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif makanan kesehatan. “Dalam dunia perikanan, spirulina telah banyak dijual dalam bentuk tepung dan produk makanan olahan,” ujar dosen yang bermukim di wilayah Kecamatan Kebomas tersebut.
Farikhah berpesan, berbagai potensi laut di Ujungpangkah akan selamanya menjadi potensi yang tidak mendatangkan kemanfaatan jika tidak segera dimanfaatkan. “Pemanfaatannya memang penuh tantangan dan harus ditaklukkan dengan kekuatan. Dan kekuatan terbesar adalah ilmu. Oleh karenanya, perempuan pesisir harus berilmu,” tuturnya. (Fauzi)
Discussion about this post