PWMU.CO-Sebuah organisasi itu harus ada kantor yang jelas lokasinya agar dikenal masyarakat dan menampung seluruh kegiatannya. Kejelasan kantor memudahkan masyarakat menghubungi jika ada kepentingan dengan organisasi itu.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua PWM Jatim H. Nadjib Hamid MSi pada Silaturrahmi Cabang dan Ranting Muhammadiyah se Kabupaten Sidoarjo di Aula Kampus 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Ahad (13/5/2018).
Nadjib mencontohkan, dulu Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim jarang dikunjungi tamu, karena waktu di Kapasan masih menumpang dengan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). ”Sekarang, di Kertomenanggal, dengan kondisi dan manajerial kantor yang bagus, tiap hari ada saja tamu yang datang mulai dari pejabat, politikus sampai konjen,” ujarnya.
Dia menceritakan, PWM lain sampai heran, kok ada kantor PWM buka terus, padahal kantor PWM di luar Jawa ada yang gak pernah buka. Kantor PWM Jatim dilengkapi guest house, maka silakan kalau ingin menginap.
Begitu juga dengan kantor PCM dan PRM, ujar Nadjib, sangat penting keberadaanya. Alamatnya juga harus jelas. ”Jangan ada kantornya tapi tiap rapat gegeran thok, akhirnya jadi malas ke kantor,” selorohnya.
Kantor PCM atau PRM, saran dia, upayakan tidak berada di rumah pimpinan. Kalau masih menumpang di rumah ketua atau sekretaris, kalau ada pergantian pimpinan dan ketua lama tidak mau balik ke Muhammadiyah, dijamin semua dokumen akan hilang.
Dia juga menjelaskan, makna ranting adalah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan. Jadi, ranting tidak harus berdasarkan kelurahan atau desa. RT, RW atau komplek perumahan bisa menjadi sebuah ranting. Cabang dan Ranting adalah ujung tombak karena bersentuhan langsung dengan anggota.
“Pencalonan saya untuk menjadi DPD merupakan momentum untuk memperbaiki data, per ranting berapa anggotanya. Insya Allah kalau ranting yang mendata akan lebih mudah,” sambung Nadjib.
Cabang dan ranting harus dihidupkan, jangan hanya ada papan namanya saja. “Muhammadiyah itu kalau ndak diurus seperti gak ada masalah. Tahu-tahu masjidnya hilang, TK-nya raib. Yang tidak jalan pasti pimpinannya suka ngeluh. Tetapi kalau diurus maka akan kelihatan masalahnya, karena kita ingin berkembang dan terus berkembang,” ungkap Nadjib.
Menurut Nadjib, mengurus Muhammadiyah itu ibarat orang membangun masjid. Kalau cuma pasang plang di sini akan dibangun masjid, tidak akan ada orang yang menyumbang. Tapi kalau pembangunan dimulai, maka sumbangan akan berdatangan dengan sendirinya.
“Muhammadiyah itu jangan menunggu ada dana. Buat kegiatan dulu, maka dana akan mudah didapatkan. Bisa dengan membuat proposal atau yang lainnya. Jadi tidak ada alasan tidak ada kegiatan karena tidak ada dana,” ujar Nadjib. (Sugiran)