PWMU.CO – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari mengatakan bahwa demokrasi Indonesia memiliki biaya yang tinggi. Tetapi tidak efektif dan efisien.
Dia berpendapat, demokrasi di Indonesia ini kurang produktif. Sehingga bangsa ini belum bisa merasakan situasi politik yang kondusif.
“Politik kita terlalu berputar-putar. Tidak efektif,” kata Hajri, sapaan akrabnya, saat menjadi pembicara dalam acara Kajian Ramadhan 1439 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, di Dome UMM, Kota Malang, Sabtu (19/5).
Dalam diskusi panel bertema “Politik Nilai untuk Indonesia Berkemajuan ini” dia berpandangan, demokrasi negeri ini sangat dipengaruhi oleh money politic. Hal ini disebabkan oleh harganya yang mahal.
“Kita masih terjebak pada hight cost political system (sistem politik berbiaya mahal. Efeknya kecurangan, terutama soal money politic, menjadi marak,” tuturnya.
Dengan biaya politik yang mahal, lanjut Hajri, maka pemilihan pemimpin pun menjadi kurang selektif. Dalam sistem demokrasi sekarang ini, pemimpin yang dihasilkan masih jauh dari harapan.
Dia menambahkan, banyak orang Indonesia yang berkualitas, tetapi tidak bisa terpilih menjadi pejabat. Karena, mereka tidak punya biaya politik.
“Akhirnya becik ketampik ala ketampa (yang baik tertolak yang buruk diterima). Yang penting ada uangnya,” kritiknya.
Maksudnya orang-orang baik yang tak cukup modal sulit masuk dalam sistem politik. Sebaliknya, orang-orang buruk bisa diterima karena kekuatan modal. (Mif)