PWMU.CO–Laallakum Tattaqun. Itulah goal dari puasa, menjadi pribadi bertaqwa. Penegasan itu disampaikan ustadz Hazim Hamid, M.Si. saat mengisi kultum taraweh di masjid An-Nur Muhammadiyah Sidoarjo, Jumat (18/5). “Terus seperti apakah orang yang bertaqwa itu?” tanya Hazim Hamid pada jamaah yang hadir.
Hazim kemudian menjelaskan dengan mengutip firman Allah dalam surat Ali Imron ayat (133-135). Menurut Hazim, sesuai dengan ayat tersebut setidaknya ada tiga kriteria orang bertaqwa. Sambil membacakan ayat tersebut, Hazim merinci ketiga kriterianya. Ciri pertama, terang dia, adalah gemar berinfaq, baik dalam kondisi lapang maupun sulit sebagaimana dicontohkan para sahabat Nabi saat penggalangan dana untuk biaya peperangan.
Sahabat Umar bin Khottob, lanjut dia, menyerahkan begitu banyak hartanya untuk membiayai kebutuhan perang waktu itu. “Saat ditanya Nabi, apa yang kamu tinggalkan buat keluargamu, Umar? Sahabat Umar lalu menjawab saya masih menyisakan separuh untuk keluarga saya,” kata Hazim mengutip hadits Nabi.
Lalu, sambung Hazim dengan mengutip hadits Nabi, sahabat Abu Bakar datang menyerahkan begitu banyak dari hartanya. Saat ditanya apa yang kamu sisakan buat keluargamu wahai Abu Bakar? Sahabat Abu Bakar menjawab saya sisakan Allah dan Rosul-Nya. Artinya Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya. “Dua alasan keikhlasan yang dimiliki para sahabat Nabi. Pertama karena saat lahir tanpa membawa apa-apa, maka seluruh kekayaan itu hakikatnya hanya titipan Allah. Kedua kekayaan yang diinfaqkan justru itulah sejatinya kekayaan yang sesungguhnya”, ungkap lulusan sosiologi UGM ini.
Ciri kedua, kata dia, mampu mengendalikan dirinya sebagaimana fungsi puasa mengendalikan hawa nafsu. Maka, tambah dia, orang bertaqwa adalah orang yang mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang tidak baik. Ciri ketiga, terang dia, orang bertaqwa mudah memaafkan, baik diminta maupun tidak. Baik saat tidak berdaya lebih-lebih saat berkuasa membalasnya. “Apakah untuk mencapai taqwa harus berproses melalui puasa?” tanya anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat PWM Jatim ini sambil menatap seluruh jamaah.
Jamaah terdiam. Hazim kemudian menjelaskan dengan mengutip pendapat Dr. Taufiq Pasiak. Sesuai dengan pendapat Dr. Taufiq Pasiak, kata dia, manfaat puasa adalah mengaktifkan lagi sel-sel otak manusia yang sudah mati sehingga berfungsi kembali secara normal. Maka setiap kali berpuasa, maka sel-sel otak yang sudah mati akan aktif kembali. Dan itu hanya akan terjadi jika kita berpuasa.
Dia juga menambahkan pendapat pakar self development, Charless Duhigg. Dia mengatakan bahwa penulis buku The Power of Habit itu menyebutkan sebuah kebiasan baik agar menjadi habit (kebiasaan) harus dilatihkan secara terus menerus selama 21 hari. “Puasa ini sudah melatih kita menjadi pribadi yang bertaqwa selama tiga puluh hari secara terus menerus, berarti sifat orang bertaqwa seharusnya sudah menjadi habit kita, kebiasaan kita di luar Ramadhan”, pungkas adik Pak Nadjib Hamid ini sambil mengucapkan salam. (R6)