PWMU.CO – Istilah puasa sebagai Al Madrasah Al Mutamaiyyizah mengemuka dalam Kajian Ramadhan 1439 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim di Dome UMM.
Adalah Ketua PWM Jatim Dr M Saad Ibrahim yang menyampaikan istilah itu dalam pengantar Kajian Menjelang Berbuka, Sabtu (19/5/18).
Kalimat tersebut, menurut Saad, mempunyai banyak arti. Madrasah misalnya, ada yang mengartikan pola, waktu, dan tempat belajar. Sedangkan tamaiyyizah, berarti memberi kehormatan atau kemuliaan.
“Maka Al Madrasah Al Mutamaiyyizah dapat memiliki arti pola, waktu, dan ruang yang di dalamnya Allah memberi keistimewaan,” ujar Saad. Maka keistimewaan bulan puasa, lanjutnya, diharapkan dapat memberi power pada nilai-nilai, termasuk dalam politik.
Nilai-nilai yang ada dalam bulan puasa sendiri yang pertama adalah tazkiyatun nafs, menyucikan jiwa. Kedua, meningkatan dimensi rohani di atas jasmani.
“Maka benar dalam lagu kebangsaan kita, bangunlah dulu jiwanya, baru kemudian membangun badannya,” ungkap dia.
Ketiga, lanjut Saad, adalah Al Madrasah Al Iradah. Yakni menjadikan kemauan diri kita untuk menggapai serta mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.
Dan yang terakhir, menurut dosen Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu, puasa tidak lain sebagai rahmatan lil alamin. “Puasa menjadikan manusia menjadikan alam sekitar ikut merasakan rahmat Allah,” tuturnya.
Sedangkan, Saad menjelaskan, tujuan dalam ibadah puasa salah satunya untuk merasakan penderitaan fakir miskin. Seperti yang termaktub dalam Alquran Surat Al Hasyr Ayat 7.
“Sedangkan muara dari puasa itu sendiri adalah meraih derajat tertinggi, yakni takwa,” ujarnya. Kata takwa sendiri secara teologis, menurut Saad, berarti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Sedangkan arti lain menyebut takwa adalah berhati-hati.
Saad berharap, hadirnya bulan Ramadhan dengan ibadah puasa di dalamnya, akan menjadikan Indonesia menjadi negara yang berkemajuan dan diberikan rahmat Allah SWT: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. (Das)