PWMU.CO-Ada tiga kondisi yang sering disalahpahami warga Muhammadiyah dalam menyikapi pilihan kehidupan politik.
Tiga hal tersebut dikupas Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim di Dome UMM Malang, Sabtu (19/5/2018).
Pertama, Mu’ti menggunakan istilah politica phobia yang di kalangan Muhammadiyah dipandang sebagai sesuatu yang menggejala. Politica phobia ini semacam ketakutan warga Muhammadiyah terhadap politik.
Kedua, pengalaman politik umat Islam terkait sejarah politik Islam di masa silam. Rentetan panjang perjalanan politik ini menimbulkan luka yang tak mudah menguap begitu saja.
“Kalau kita mau jujur melihat sejarah, negara-negara Islam saat ini hancur. Jatuh, menjadi negeri gagal. Beberapa saja yang maju. Yang banyak, negara jaya di masa lalu, tapi tidak punya masa depan,” urai Mu’ti.
Ketiga, dalam konteks Muhammadiyah, doktrin netralitas Muhammadiyah yang tidak berpolitik dimaknai sebagai sebuah antipati dan apriori terhadap politik.
“Padahal, politik menjadi bagian sangat penting dalam dakwah. Tidak terlibat politik praktis bukan berarti tidak berpolitik. Ini adalah dua hal yang berbeda,” jelasnya di hadapan ribuan peserta Kajian Ramadhan dari berbagai daerah di Jawa Timur. (Isna)