PWMU.CO – Subuhan atau jamaah shalat Subuh di Masjid AR Fachruddin UMM, Ahad (20/5/18), dipenuhi jamaah. Lantai dasar, teras, dan balkon lantai dua dipenuhi jamaah yang mayoritas adalah peserta Kajian Ramadhan 1439 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
Suasana shalat subuh pun terasa hikmat dan menenangkan, lantaran bacaan imam yang indah, seperti diakui Sekretaris PWM Jatim Tamhid Masyhudi.
“Kita semua tentu berharap setiap shalat Subuh seperti ini. Diimami oleh imam yang bacaannya begitu merdu. Layaknya di Masjidil Haram,” komentarnya di hadapan jamaah usai shalat subuh yang dilanjutkan dengan penyampaian jadwal Kajian Ramadhan.
Usai shalat, kemudian dilanjutkan dengan ceramah subuh yang disampaikan oleh Ahmad Khairul Anam, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sampang. Dalam ceramahnya, dia menyampaikan tiga syarat untuk menjadi yang terbaik. Yaitu mampu menyuruh berbuat baik, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah SWT.
Menyuruh kepada kebaikan merupakan perbuatan yang mulai. Karena umat yang demikian mampu membawa banyak kebajikan.
“Tetapi sebagian besar dari kita belum mampu. Semua yang kita lakukan, bahkan dikendalikan. Contohnya, mau mandi saja sabunya bukan buatan kita. Keramik juga bukan buatan kita,” kata Ahmad Khairul Anam.
Apalagi untuk mencegah kemungkaran. Hal ini membutuhkan energi yang cukup besar. “Jika perbuatan ini bisa kita lakukan, maka kita akan menjadi umat yang kuat,” tuturnya.
Dia menambahkan, segala sesuatu yang dilakukan umat Islam harus dilandasi dengan iman.
Iman merupakan perangkat yang penting. Karena iman adalah soal keyakinan. Iman adalah ilmu,” terangnya.
Dia menjelaskan, Islam adalah tampilan luar. Seperti shalat, berdzikir atau puasa. Itu yang tampak oleh mata.
“Sementara iman adalah apa yang tidak terlihat. Software. Itu menjadi landasan kita untuk berbuat. Segala yang dilakukan didasarkan pada keimanannya kepada Allah SWT,” terangnya.
Jika tiga hal tersebut dapat dimiliki, maka cita-cita menjadi umat yang terbaik akan tercapai.
Pada bagian lain Anam menegaskan pentingnya kembali pada Alquran. Sebab, pada kenytaannya, sebagian diimani tapi sebagian tidak.
Menurut dia, mengimani Alquran berarti orang mukmin yang benar-benar membacanya dalam arti yang luas dengan tiga model.
Pertama iqra bermakna membaca saja. Kedua adalah tilawah, yakni membaca dan mengikuti aturan-aturan yang ada di dalam kitab itu. Ketiga adalah tartil, yakni membaca, mengikuti, dan rutin melaksanakannya.
Anam juga menyatakan bahwa iman sebagian besar umat Islam masih belum ikhlas kepada Allah. Dalam arti belum bisa menyatukan antara hati, lisan, dan perbuatan. “Mari perhatikan sabda Rasul kita yang berbunyi segera umat-umat ini akan mengepung umat Islam sebagaimana orang haus dan lapar menuju hidangan. Para sahabat bertanya mengapa? Apa jumlah kita sedikit? Rasul menjawab tidak. Jumlah kalian banyak, milyaran, tapi seperti buih di air,” ungkapnya menyitir sebuah hadits.
“Kenapa bisa begitu?” tanya Anam. Menurut dia ada dua hal penyebabnya. Pertama, Allah mencabut rasa takut terhadap umat Islam. Bisa berkumpul dan bergerak jutaan orang dalam aksi 212, tetapi kemudian melemah dan dilemahkan.
“Yang kedua, Allah melemparkan ke hati kalian penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati,” jelasnya.
Untuk mengembalikan kejayaan umat Islam, Anam memberi resep, “Sebenarnya cukup dengan menerapkan lima ayat saja. Yakni lima ayat yang ada di dalam Surat Al-Alaq. Bacalah, tulislah, dan ajarkan kepada manusia.”
Realitanya umat Islam saat ini banyak mengambil budaya dari Barat tapi ilmunya disembunyikan. “Katanya orang Madura norok buntek (ikut-ikutan saja). Tidak ada yang bisa juara dengan norok buntek,” ujarnya. (Mif/Sugiran)
Discussion about this post