PWMU.CO-Setelah dua hari mendapatkan masukan dari beragam narasumber, Prof Dr Achmad Jainuri memaparkan sikap yang diambil Muhammadiyah dalam momen pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018. Sikap tersebut diuraikan di sesi akhir penyampaikan rangkuman Kajian Ramadhan PWM Jatim di UMM, Ahad (20/5/2018) siang.
Jaenuri menyebutkan, pertama, Muhammadiyah memberi rekomendasi kepada warganya agar menyalurkan aspirasi kepada calon gubernur untuk kemaslahatan Muhammadiyah Jatim.
Kedua, sambungnya, Muhammadiyah memberi kebebasan mutlak kepada warga Muhammadiyah untuk berijtihad dan memilih salah satu pasangan calon dengan mempertimbangkan beberapa masukan. Di antara masukan-masukan tersebut ialah terkait dengan pertimbangan personal pasangan calon.
“Jika yang dipilih paslon nomor satu, pertimbangan personalnya adalah kedua calon sama-sama akademisi dan memiliki pengalaman pemerintahan yang cukup,” jelas Jainuri.
Meski secara ideologi berbeda manhaj dengan Muhammadiyah, katanya, namun suami dari cagub nomor satu ialah aktivis Muhammadiyah.
“Melalui komunikasi antara suami dan istri yang intensif, kan dalam diri calon nomor satu juga tertanam nilai-nilai ke-Muhammadiyahan walaupun sejauh ini masih berada pada ranah outsider,” kata Jainuri disambut gelak tawa ribuan peserta kajian.
Sementara jika yang dipilih paslon nomor dua, sambungnya, pertimbangan personal yang bisa dijadikan acuan lantaran cagub merupakan sosok komunikator ulung. “Terlebih, kalau diundang di acara-acara Muhammadiyah selalu datang, dan bisa nyanyi Sang Surya,” terang Jainuri disambut tepuk tangan dan tawa renyah seisi dome.
Pertimbangan dan sikap yang diambil Muhammadiyah ini, ujarnya, semata untuk membantu warga Muhammadiyah dalam menentukan pilihan. Muhammadiyah memandang, pernyataan sikap untuk mendukung salah satu calon kurang elok dilakukan lantaran terkait kepentingan politik praktis yang dimainkan partai politik.
“Kalau kita menggiring sikap, maka sama saja dengan tidak memberi kemudahan bagi Muhammadiyahb di ranah grassroot untuk menentukan pilihannya,” jelasnya.
Yang terpenting, dia menekankan, siapa pun yang akan terpilih, Muhammadiyah diharapkan mampu memberikan penawaran pemikiran-pemikiran solutif dan visioner. Jainuri juga tak mempermasalahkan dasar pertimbangan dalam memilih calon, baik pertimbangan strategis maupun pragmatis.
“Komunikasi intensif dengan pemimpin terpilih, itu yang penting. Muhammadiyah sudah cukup bergerak di politik praktis maka yang paling tepat adalah memainkan politik melalui politik lobi,” pesan Jainuri mengakhiri paparannya. (Isna)