PWMU.CO – Bila orang membicarakan Perang Uhud di hadapan Abu Bakar Ash Shiddiq, maka beliau selalu menyahut, “Perang hari itu adalah peperangan Thalhah seluruhnya.”
Hingga akhir hayatnya, perjuangan sahabat mulia itu tak kenal henti. Sebuah sejarah besar diukir. Sejarah itu bernama Thalhah bin Ubaidillah.
Demikian paparan Rizqi Rahman SPdI mengawali ceramah Pembinaan Shalat Tarawih Anak di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM), Selasa (22/5/18).
“Anak-anak, Thalhah bin Ubaidillah adalah salah satu pemuda Quraisy yang berprofesi sebagai pedagang. Meski masih sangat muda, Thalhah ini mempunyai strategi-strategi yang cerdik saat berdagang, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang yang usianya lebih tua,” ujarnya.
Pada suatu hari, lanjutnya, Thalhah diajak rombongan kaum kafir Quraisy untuk berdagang ke negeri Syam. Di Bushra, Thalhah mengalami peristiwa menarik yang mengubah garis hidupnya. “Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak, ‘Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota Makkah?’ ‘Ya, aku penduduk Makkah,’ sahut Thalhah. ‘Sudah munculkah orang di antara kalian yang bernama Ahmad?’ tanya pendeta. ‘Ahmad yang mana?’ tanya Thalhah. Pendeta itu berkata, ‘Ahmad bin Abdullah’,” papar guru kelahiran Surabaya, 7 Juni 1987 itu.
Rizqi—sapaannya—melanjutkan perkataan pendeta tersebut, bahwa bulan ini pasti muncul dan beliau akan menjadi Nabi penutup para Nabi. “Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda, sambung pendeta itu,” tuturnya bercerita.
Ucapan pendeta itu, kata Rizqi, begitu membekas di hati Thalhah hingga tanpa menghiraukan kafilah dagang di pasar, ia langsung pulang ke Makkah. “Setibanya di Makkah, ia langsung bertanya kepada keluarganya, ada peristiwa apa sepeninggalnya. Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya, jawab keluarganya,” papar Rizqi.
Alumnus Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Sidoarjo itu menceritakan tanggapan Thalhah yang mengenal Abu Bakar sebagai seorang yang lapang dada, penyayang, dan lemah lembut. “Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy,” kata Rizqi menceritakan tanggapan Thalhah tentang Abu Bakar.
Rizqi melanjutkan, setelah itu Thalhah mencari Abu Bakar untuk memastikan kebenarannya. “Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya? Abu Bakar menjawab, betul dan menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di Goa Hira sampai turunnya ayat pertama. Di hadapan Rasulullah, Thalhah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat,” jelas Rizqi disambut ucapan alhamdulillah dari beberapa jamaah anak-anak.
Melihat jamaah yang mayoritas anak-anak tekun menyimak kisah Thalhah, Rizqi melanjutkan kisah menarik yang kedua saat Thalhah melindungi Nabi dalam perang.
“Julukan ‘Assyahidul Hayy’ atau ‘Syahid yang hidup’ diperoleh Thalhah dalam Perang Uhud. Ia berperawakan tinggi kekar. Ia ayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat ke arah Rasulullah yang tubuhnya berdarah. Dipeluknya beliau dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada di tangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya bagai laron yang tidak mempedulikan maut. Alhamdulillah, Rasulullah selamat. Sejak peristiwa Uhud itulah Thalhah mendapat julukan ‘Burung Elang Hari Uhud’,” cerita Rizqi penuh penghayatan.
Saat itu, lanjutnya, Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah bergegas mencari Thalhah bin Ubaidillah. “Ketika ditemukan, ia dalam keadaan pingsan, sedangkan badannya berlumuran darah segar. Tak kurang 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan lembing, dan lemparan panah memenuhi tubuhnya dan jari tangannya putus,” ujar Rizqi.
Guru kelas I itu melanjutkan, keduanya mengira Thalhah sudah gugur, ternyata masih hidup. “Karena itulah gelar syahid yang hidup diberikan Rasulullah. Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi setelah mengalami kematiannya, maka lihatlah Thalhah, begitu sabda Rasulullah,” jelasnya.
Selain itu, Rizqi menambahkan, kekayaan dan harta yang Thalhah peroleh dimanfaatkan sepenuhnya untuk digunakan pada jalan kebaikan. “Thalhah dikenali dengan sikap dermawan. Bukan saja gigih mencari harta dan gemar bersedekah, bahkan beliau bimbang dan gusar ketika hartanya banyak tanpa digunakan,” imbuhnya.
Rizqi berharap anak-anak dapat meneladani keberanian Thalhah dan kedermawanannya. “Insyaallah kalian juga bisa seperti Thalhah jika kalian yakin. Ingat, setiap yang berjaya, pasti berusaha,” pesan Rizqi. (Vita)