PWMU.CO – Sejak awal berdirinya, Persyarikatan Muhammadiyah mendedikasikan diri untuk memihak pada urusan kemanusiaan. Hal tersebut tercermin dari trilogi gerakan Muhammadiyah yang fokus untuk schooling (pendidikan), healing (kesehatan), dan feeding (makanan).
Hal itu disampaikan oleh Staf Khusus Presiden Urusan Dialog Antaragama Internasional, Siti Ruhaini Dzuhayatin dalam acara Tadarus Pemikiran JIMM yang diselenggarakan di Ruang Sidang Senat UMM, Rabu (23/05/18).
Pada kesempatan ini Siti juga mengungkapkan bahwa Muhammadiyah tidak berorientasi pada gerakan politik praktis, misal seperti Syarikat Islam (SI) yang telah lahir terlebih dahulu.
“Melihat konteks sejarah berdirinya Muhammadiyah memang masalah sosial kemanusiaan menjadi hal yang harus diurus,” tuturnya.
Siti menambahkan, guna mendukung misi tersebut maka Muhammadiyah harus bisa mengelola Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) harus dengan tata kelola yang baik.
“AUM kita harus terus diarahkan untuk menjaga nafas kemanusiaan dengan baik. Tentunya hal ini harus berbasis tata kelola yang profesional. Harapan ke depan ialah tumbuhnya civil society,” tandasnya.
Hal tersebut menurut Siti, sejatinya ialah watak dan jiwa Muhammadiyah sejak berdiri, hingga eksis dengan berbagai AUM dan produk sosial kemanusiaan sampai sekarang ini.
“Sehingga perubahan yang ada di dalam gerakan Muhammadiyah, tidak boleh mengubah otentisitasnya sebagai gerakan sosial keagamaan yang selalu relevan sepanjang masa,” terang Siti.
Pada akhir sesi Siti menuturkan jika kaitannya dengan kehidupan politik, Muhammadiyah tidak harus bersifat antagonistik, tetapi cukup bersikap kritis. “Karakter Muhammadiyah itu bukan antagonistik, dengan sikap kritis saja sudah cukup untuk memberi masukan kepada pemerintah,” tegasnya memberi arahan. (aditri)