PWMU.CO-Dalam Pedoman Hidup Islami (PHI) Warga Muhammadiyah disebutkan setiap warga Muhammadiyah wajib menjadikan Iman dan Tauhid sebagai sumber seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan Tauhid itu, dan tetap menjauhi serta menolak syirik, tahayul, bid’ah dan khurafat yang menodai Iman dan Tauhid kepada Allah SWT.
Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Drs HM Najih Ihsan MAg menyampaikan hal itu dalam kegiatan Baitul Arqam IX RS PKU Muhammadiyah Surabaya dan KURIB Siti Aisyiyah Surabaya, Sabtu-Ahad (26-27/5).
Menurut Najih Ihsan, percaya kepada Allah tidaklah dengan sendirinya berarti Tauhid. Sebab percaya kepada Allah itu masih mengandung kemungkinan percaya yang lain-lain sebagai peserta Allah dalam ke illahian.
“Konsekuensi Tauhid dalam dua kalimat Syahadat, tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada ibadah yang benar kecuali yang diajarkan Rasulullah.” paparnya.
“Tauhid itu berwasilah kepada Allah menurut yang diajarkan Nabi yaitu, dengan amal saleh, dengan Asmaul Husna, dengan orang lain. Dengan demikian setiap Mukmin berinvestasi amal saleh, selalu berdoa dengan asmaul husna, dan menjalin kebaikan dengan sesama.” katanya.
Menurutnya, Tauhid itu memberi makna keberkahan kepada terhadap sesuatu benda dan barang menurut syariat.
“Contoh air mengandung berkah, Al Quran mengandung berkah, pengajian, seminar, diskusi dll. juga ada berkahnya. dengan demikian gunakan air dengan hemat, rajin mengikuti pengajian, dan baca Al Quran setiap hari.
Tauhid itu kata dia, mencintai Allah dan Rasulnya, maka jangan mencintai benda dan barang, jangan mencintai keluarga, jabatan, uang dan harta melebihi cinta kepada Allah dengan demikian carilah harta, uang, jabatan, dengan cara yang halal, jauhkan diri kita dari syirik dalam bercinta.
Tauhid itu punya rasa takut kepada Allah yang mendalam. takut yang alami terhadap sesuatu, tidak mengurangi iman dan tauhid. takut yang berakibat tidak menjalankan kewajiban, mengurangi kesempurnaan iman, takut ditimpa bahaya, kesulitan, mengurangi kesempurnaan tauhid.
Dengan demikian seorang muslim lari mendekatkan kepada Allah sebagai rasa takut kepadanya.
Tauhid itu menerima kebenaran . “Kebenaran mutlak adalah Allah dan Rasulnya, kebenaran manusia adalah relatif. Kebenaran bisa datang dari siapa saja, walaupun orang itu dipandang sebelah mata. Dengan demikian terimalah kebenaran itu, walaupun datangnya dari orang yang tidak biasa benar, boleh jadi mereka yang benar dan kita yang salah.” Tambah Najih.
Tauhid itu membebaskan diri dari belenggu Tuhan banyak, membebaskan diri dari budaya dan tradisi yang berlawanan dengan syariat, membebaskan diri dari memutlakkan pendapat seseorang.
Dengan demikian memandang sesama manusia dalam harkat dan martabat yang sama, walaupun berbeda profesi, etnis, status sosial, dan tingkat derajat ekonomi.
“ Bahwa sesungguhnya ketuhanan adalah hak Allah semata-mata, bertuhan dan beribadah serta tunduk dan taat kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk terutama manusia.”pungkas Najih. (habibie)