PWMU.CO-Siswa SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya memanfaatkan ngabuburit dengan menonton bareng film di sekolah, Ahad (27/5/2018). Filmnya berjudul Tentang Pohon Apel.
Film animasi kartun ini bercerita keakraban seorang anak dengan pohon apel tempat dia bermain. Tiap hari anak itu bergembira bermain di bawah pohon, memanjat, dan makan buahnya. Beranjak usianya makin besar dia mulai jarang bermain di situ lagi, ini membuat pohon apel kesepian.
Ketika suatu hari anak yang sudah ABG itu datang berkunjung senanglah hati sang pohon. Tapi anak itu mengeluh butuh uang untuk membeli mainan. Pohon apel memberikan seluruh buahnya untuk dijual ke pasar. Senanglah anak itu bisa mendapatkan uang.
Tahun berganti menjadi sepi, anak itu tak pernah datang. Tiba-tiba dia yang sudah dewasa itu datang mengatakan butuh kayu untuk membangun rumah. Pohon apel meminta agar memotongnya untuk dijatuhkan kayu rumah.
Waktu berlalu lama. Di tengah kesepian pohon apel yang sudah tua dan tersisa batangnya yang hampir mati, datang berkunjung anak yang juga menjadi tua. Dia berkata rindu dengan pohon itu dan ingin duduk dan tiduran beristirahat seperti dulu. Pohon apel itu mempersilakan beristirahat di batangnya dengan tenang.
Usai film diputar, Bu Guru Farisha Firni memberikan resensi kisah film itu. Menurut Bu Farisha, film itu untuk membangunkan semangat anak agar mencintai orangtua yang banyak memberi untuk anak-anaknya.
”Pohon apel itu ibarat orangtua kita. Sudah memberikan semuanya kepada kita bahkan waktu dan tenaga diberikan memenuhi kebutuhan kita tanpa meminta imbalan,” katanya.
Seiring dengan waktu, saat anak-anak sudah besar, sambung dia, orangtua kesepian ditinggalkan anaknya yang bekerja dan berumah tangga sendiri. ”Hanya kadang-kadang saja menengok jika butuh sesuatu,” paparnya. ”Bahkan ketika anak menjadi tua masih membutuhkan orangtua tempat berteduh,” sambungnya.
Bu Farisha mengatakan, pelajaran dari film ini yang bisa dipetik, berilah perhatian terhadap orangtua sesibuk apa pun kita sebagai anaknya. ”Jangan sekali-kali berani dengan orang tua karena itu merupakan perbuatan dosa,” ujar Farisha.
Setelah menonton film tersebut Aura Nur Salsabilla, siswa, merasakan kesepian yang dirasakan pohon apel saat anak-anak jarang bermain di tempat itu lagi. “Saya ikut merasa sedih, merasakan kesepian itu. Anak itu makin dewasa sibuk mengurus diri sendiri. Datang kalau butuh sesuatu,” katanya.
Usai menonton film dan resensi, para siswa menikmati makanan buka puasa bersama. Setelah itu mereka shalat berjamaah. Waktu bersama yang riang dan menyenangkan. Seiring waktu dan makin dewasa kelak mereka akan berpisah dengan teman-temannya. (Choir)