PWMU.CO-Tingkat kebersamaan alumni SD Muhammadiyah 01 Tanggul (SD Muhita) memang benar-benar terujui. Paling tidak, itu terlihat dari keinginan mereka untuk mengadakan reuni meski belum satu tahun berpisah selepas lulus kelas VI tahun ajaran 2016/2017. Kegiatan reuni pun digagas dengan dikemas dalam acara buka bersama, Selasa (29/05/2018).
Kegiatan reuni yang dikemas dalam acara bukber tersebut berawal dari keinginan sebagian dari alumni Muhita untuk bisa bertemu karena kangen. Keinginan itu disampaikan kepada salah satu guru SD Muhita, Humaiyah. “Bu, saya buat grup WA alumni SD tahun kita, kita mau ngadakan buka puasa bersama, saya kangennn,” tulis siswi alumni SD Muhita yang kini melanjutkan studinya di SMPIT Jember di WA kepada gurunya, Humaiyah,S.Pd. Dia pun berinisiatif membuat grup WA.
Keingian itu muncul karena mereka sudah lama tidak bertemu dengan teman-temannya. Sementara lulusan dari sekolah yang sekarang menjadi SD rujukan pertama di kota Tanggul ini bertebaran di beberapa lembaga pendidikan.Mulai melanjutkan di SMP Muhammadiyah 4 Tanggul,SMP Negeri dan beberapa Pondok Pesantren. Mereka lama tidak bertemu lagi setelah lulus dari SD Muhita.
Humaiyah merespon dengan baik. “Baiklah Nduk, masukkan semua nomor yang kamu punya, agar kita kembali terhubung lagi dan masih tetap menjalin silaturrahim,”jawab Humaiyah,S.Pd, guru kelas enam mereka.
Begitu nomor – nomor teman Farah dimasukkan, ramailah tit tat tit tut bunyi WA grup. Satu per satu mereka muncul dengan komen–komen yang lucu, khas anak–anak ABG. Humaiyah yang mengikuti percakapan mereka dibuat senyum-senyum sendiri. Ingatan kembali ke masa–masa mereka menjadi muridnya. Masih ada yang tak berubah dengan gaya kepemimpinan dan cara mengambil keputusan, ada juga yang masih dengan gaya loading lamanya hingga membuat gemas teman lainnya.
“Buka bersama kita beda lho Nak, yang perempuan membawa mukena, kita kumpul di Masjid AL Furqon pukul 16.30 (29/5/2018) untuk mengikuti kajian rutin Ramadlan, setelah sholat Maghrib baru kita menuju ke Ayam Kobongan, dilanjutkan kembali ke Al Furqon untuk Sholat Isya dan Tarawih ya,” tulis Humaiyah, masih di grup WA.
Para alumni menyatakan kesiapannya. Begitu bertemu, mereka saling berpelukan, cium pipi kanan dan kiri melepas rindu. Sedang yang laki-laki saling bersalaman dan melempar senyum. Masa–masa di kelas enam Muhita membuat mereka sangat terkesan. Satu pertanyaan yang meggelitik Humaiyah, samakah perlakuan guru di sekolah mereka masing–masing dengan guru ketika di SD Muhita dulu.
Ketika pertanyaan itu dilontarkan, meluncurlah jawaban-jawaban versi mereka masing- masing. Dari yang bertemu guru sabar tapi marah sedikit–sedikit hingga bertemu guru ngambek. Maksudnya kalau marah langsung meninggalkan kelas. “Alhamdulillah kalau kalian bertemu guru yang marah sedikit–sedkit Nak,“ kata Humaiyah.
“Lho Bu Hum,gimana maksudnya”, Izza kembali bertanya.
“Lha dari pada bertemu dengan guru yang sedikit–sedkit marah,” jelas Humaiyah lagi. Merakapun tersenyum sambil menganggukkan kepala.
“Bagaimanapun sifat dan perlakuan guru di sekolah kalian yang baru, hormatilah beliau-beliau. Kalaupun ada yang kurang berkenan di hati, ungkapkan dengan sopan. Karena menghormati guru jalan yang menjadikan ilmu bermanfaat Nak. (Humaiyah)