PWMU.CO-Mengapa kajian masjid sepi dari anak muda atau remaja? Karena materi kajian lebih banyak membahas bekal meninggal dunia yang banyak. Padahal, anak muda/remaja cenderung sebaliknya. Mereka ingin bekal uang saku banyak dari orangtua. Kelakar tersebut disampaikan Ustadz Anwar Hudijono dalam kajian Ngabuburit kelas 8F di Masjid At Taqwa SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (SMP Musasi), Rabu (30/5/2018).
Menurut mantan wartawan senior Kompas itu, remaja sekarang berbeda dengan zaman dulu. “Generasi sekarang merupakan generasi Z,” ungkap ayah dari Cantika dan Cintania, siswi SMP Musasi tersebut.
Generasi Z, kata Anwar, adalah mereka yang saat lahir sudah bersentuhan dengan internet. Mereka punya karakter khas yang berbeda dari dua generasi lainnya, yakni x dan y. Tantangan generasi Z, lanjut adik Mendikbud Muhadjir Effendy, juga sangat-sangat berat. Bahkan sangat berat karena generasi Z dibekali dengan smartphone. Teknologi canggih dan buatan yang berada dalam genggaman.
“Smartphone itu seperti supermall. Apa saja ada di dalamnya. Mau klik sapi, muncul sapi putih, sapi benggala, bahkan sapi’i,” ujarnya disambut tawa para jamaah.
Untuk itu, generasi Z harus mampu memilah mana yang baik dan tidak dari internet. Termasuk juga saat belajar ilmu agama. Sebab, kata dia, banyak kiai atau ustadz google yang bertebaran di dunia maya dan tidak jelas asal-usulnya. “Dari sana muncul paham-paham radikalisme yang menyasar anak muda yang masih awam terhadap agama,” kata Anwar dengan muka serius.
Internet, lanjut komite sekolah SMP Musasi ini, juga melarutkan jika tidak ada batasan, meski juga internet merupakan sunnatullah yang tidak dapat ditolak. “Menggunakan gawai dan internet yang tidak terbatas akan membawa kemudharatan bagi generasi Z. Lihat saja tren nilai ujian nasional yang cenderung menurun. Salah satunya generasi Z saat ini tidak dapat fokus,” ungkapnya.
Generasi Z lebih suka berpindah-pindah dari satu medsos satu ke medsos yang lain. “Bosen dengan YouTube ganti Instagram. Ganti lagi WA. Mereka mudah sekali memindah konten. Itulah yang menyebabkan tidak fokus,” ujarnya.
Untuk itu, menurut Anwar, peran orangtua untuk menjadi teladan sungguh dibutuhkan. “Beri contoh dan teladan yang baik buat mereka. Doakan mereka tiap hari Rabbi habli minasshalihin,” ungkap Anwar.
Sebab, alasan dia, generasi Z saat ini akan menjadi pemimpin bangsa dan negara 20-30 tahun mendatang. “Mereka akan bersaing menuju Indonesia Emas. Jadikan mereka generasi yang menganggap agama sebagai alat menuju kebahagiaan,” harap dia.
Dalam kegiatan tersebut, selain mengadakan kajian sebelum berbuka, juga ada pembagian takjil di depan sekolah. Para peserta yang merupakan keluarga besar kelas 8F itu merupakan bagian kerja sama antara sekolah-orangtua murid. (Das)