PWMU.CO-“Saya awali kultum Subuh ini dengan sebuah pertanyaan, dalam sepekan ini sudah berapa kali bapak ibu marah?” tanya Eko Hardiansyah saat ceramah di Masjid An-Nur Sidoarjo, Rabu (30/5).
Dia melanjutkan, kadang di rumah, saat anak kita main telur, kemudian pecah, lihat anak senyum-senyum, kira-kira apa reaksi kita? “Apa ikut senyum-senyum sambil berkata, oh anakku hebat! Atau sebaliknya malah-marah?” tanya dekan Fakultas Psikologi Umsida ini.
Dalam kondisi ini, sambung dia, siapa yang punya masalah? Anaknya senyam-senyum ataukah ibu atau bapaknya yang marah-marah? ”Marah dan gampang marah ciri utama atau sekunder orang punya gangguan jiwa,” tandasnya mulai serius.
Pendapat Alquran tentang marah ada dua istilah, yaitu marah dan murka. ”Marah ekspresinya di muka. Muka merah, mata melotot, suara keras, degup jantung kencang. Sedang murka tidak hanya ekspresi di muka tapi juga tindakan. Banting sana-sini, robek ini-itu, pokoknya ngamuk,” paparnya.
Dalam Alquran kata marah dan murka ada 41 ayat. Murka ada 25 ayat dan subjeknya cuma satu, yaitu Allah. “Tidak ada selain Allah yang disebutkan murka dalam Alquran. Berarti kalau kita murka Itu sudah menyamai Tuhan,” terang psikolog andalan Umsida.
Berbeda dengan murka, kata marah ada 16 ayat dalam Alquran. Subjeknya ada tiga, yaitu Tuhan, neraka, dan manusia. Jin tidak ada, malaikat tidak ada, iblis juga tidak ada. “Jangan-jangan malaikat sebaik itu bukan persoalan emosi, iblis dan setan bisa jahat seperti itu bukan karena persoalan emosi, tapi manusia baik atau buruk bisa dilihat dari karakter marahnya,” ujarnya.
Karakter marah yang buruk pada manusia berkorelasi dengan orang kafir, orang musyrik, orang dholim, orang munafik, dan orang berbuat tercela.
Pertama, marah yang berkorelasi dengan orang kafir yaitu ketika dia marah dia benci sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imron ayat 119.
“Beginilah kamu! Kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaimu, dan kamu beriman kepada semua kitab. Apabila mereka berjumpa kamu, mereka berkata, kami beriman, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah, matilah kamu karena kemarahanmu itu! Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Ali Imran 3: Ayat 119)
Kedua, marah yang berkorelasi dengan orang kafir juga adalah dia marah kalau kedudukannya diinjak-injak orang lain.
Ketiga, marah yang berkorelasi dengan kafir plus musyrik, contohnya kisah Firaun dalam surat Asy syuara ayat 55. “dan sesungguhnya mereka telah berbuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita.”
“Jika kita marah dan menyalahkan orang lain, itu berarti sama dengan Firaun,” tegas pria kelahiran Bangkalan.
Keempat, marah yang berkorelasi dengan orang munafik, yaitu marah karena tidak dapat uang. Jika setiap mengerjakan sesuatu harus dapat uang, dan kalau tidak dapat uang dia marah, hakikatnya sama dengan orang munafik.
“Karena itu dalam melakukan sesuatu harus dengan ikhlas, dapat ya disyukuri, gak dapat ya bersabar, tak usah marah-marah,” tegas anggota Majelis Dikdasmen PWM Jatim.
Kelima, marah yang berkorelasi dengan orang musyrik zaman jahiliyah, ketika menerima kabar anaknya perempuan, mukanya merah. Tidak mau menerima kenyataan.
Keenam, berkaitan dengan orang dholim, yaitu pergi meninggalkan masalah. Ini seperti kasus Nabi Yunus, ia pergi meninggalkan kaumnya karena tidak mau beriman, akhirnya dimakan ikan.
Ketujuh, berkaitan dengan sifat orang tercela, yaitu berdoa dalam keadaan marah. Mendoakan yang buruk terhadap orang lain.”Hindari berdoa dalam keadaan marah yang nantinya mendoakan yang buruk-buruk,” pesannya.
Indikasi yang kedua, marah orang yang baik. Pertama, mengampuni dan memaafkan. Sebagaimana Allah memberi maaf dan ampunan kepada semua hambanya. Kedua, menahan marah dan memaafkan lebih dari orang yang tidak marah.
Ketiga, segera meredakan marah. Sebagaimana kisah Nabi Musa yang mendapati umatnya kembali menyembah patung setelah ditinggal pergi. Ketika kemarahan Nabi Musa mereda, ia segera menemui umatnya.
Keempat, marah dengan sedih hati, marah sambil menangis. Kelima, menahan marah dan menangis sebagaimana kisah Nabi Yakqub. Kemarahan ini ada efek sampingnya seperti yang dialami Nabi Yakqub, matanya putih dan badannya bongkok.
Ada masalah gangguan fisik yaitu buta dan osteoporosis. Hormon kortisol muncul kalau menahan marah terlalu lama, dan mengakibatkan gula darah naik, jadilah diabetes melitus, hipertensi, juga kanker.
“Bulan Ramadhan mengajarkan kesabaran, hindari kemarahan, hindari kebencian, karena kalau masih ada kebencian dalam hati kita, jangan-jangan hati kita ada kecondongan kepada kekafiran,” pungkas bapak dari tiga orang putri ini. (ernam)