PWMU.CO – Demi menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, tiga akamedisi dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) membuat Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan tema perilaku sehat dan pengelolaan lingkungan hijau di sekolah. Dalam program tersebut para akademisi ini juga mencoba merubah perspektif masyarakat terhadap sampah yang selama ini dianggap sumber masalah menjadi sumber kebahagiaan.
PKM ini diajukan oleh Dosen Fakultas Psikologi Lely Ika Mariyati MPsi Psikolog dan Widyastuti MPsi Psikolog serta guru besar UMSIDA Prof.Dr.Ir Andriani Eko Prihatiningrum MS. Program yang menyasar pada guru sekolah menengah pertama di Kecamatan Tulangan Sidoarjo tersebut, telah disetujui dan biayai oleh Ristek DIKTI.
Atas dukungan Ristek DIKTI, kemudian diselenggarakan sebuah pelatihan perilaku sehat dan pengelolaan lingkungan hijau di sekolah pada Rabu (30/5) hingga Kamis (31/5/18). Kegiatan ini sebagai langkah awal sebelum pengusul dan guru terjun langsung untuk memulai PKM. Pelatihan yang dilaksanakan di gedung Fakultas Pertanian UMSIDA ini dihadiri oleh lima guru SMPN 1 dan lima guru SMP Muhammadiyah 5 Kecamatan Tulangan yang merupakan mitra program.
Prof.Dr.Ir Andriani Eko Prihatiningrum MS saat mengisi materi pelatihan mengatakan, sampah selama ini dianggap sebagai ancaman karena kotor, kumuh dan dapat menjadi sumber penyakit. Tumpukan sampah juga bisa mengakibatkan terjadinya banjir.
Tetapi, lanjut dia, sebenarnya sampah bisa menjadi sumber kebahagiaan. Asal, bisa dikelola dengan baik dan benar. “Kalau dikelola dengan sungguh-sungguh, sampah akan memberikan banyak sekali manfaar. Sampah dapat Dibuat menjadi berbagai karya yang bernilai,” terangnya.
Dia menjelaskan, tema kebersihan dan kesehatan di lingkungan sekolah yang diangkat dalam PKM ini, diilhami oleh kurangnya kesadaran perilaku bersih dan sehat di lingkungan sekolah. Serta minimnya sarana dan prasarana untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Dari situlah dibutuhkan pemahaman dan kesadaran yang dimulai dari guru sebagai penggerak perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Serta pemenuhan sarana dan prasarana yang mendukung sangat diperlukan,” kata dia.
Dalam pelatihan tersebut peserta juga diajak untuk melihat bagaimana proses pembuatan tanaman hidroponik dengan langsung berkunjung ke laboratorium fakultas pertanian. Di sana mereka mendapat berbagai macam hal yang nantinya dapat diterapkan secara langsung di sekolah.
“Pembuatan hidroponik bisa menjadi solusi keterbatasan lahan sekolah. Dengan hidroponik, lingkungan hijau dan sehat bisa tetap tercipta meski tempat terbatas,” kata pakar pertanian ini. (Dian)