PWMU.CO – Pernah lihat acara tv Liga Dangdut Indonesia 2018? Jika pernah melihat, maka ada satu nama pedangdut yang banyak menyita perhatian. Yaitu Mahania, penyanyi dangdut tunanetra asal Bali. Penampilannya selalu menarik perhatian para juri dan penonton. Salah satu kelebihan di antara banyak kelebihan yang dimiliki duta Provinsi Bali ini adalah gaya bicaranya yang begitu khas.
Gaya bicara Mahania itu menginspirasi Nabil Ghali Azumi saat mengikuti Lomba Dai Remaja Ramadhan Raya di Ponorogo City Center (PCC), Ahad (3/6). Kebetulan, Nabil maupun Mahania yang menginspirasi itu sama-sama tunanetra. “Saya sengaja menampakkan ciri khas dalam berpidato, dengan menirukan gaya suara Mahania, juara Dangdut Akademi Provinsi Bali,” cerita anak asuh Panti Asuhan Tunanetra Terpadu Aisyiyah Ponorogo ini kepada PWMU.CO tentang salah satu rahasianya bisa meraih juara 1.
Nabil sendiri sebenarnya mendapat urutan ke-9 untuk tampil dalam lomba bertemakan tema “Dakwah Generasi Modern” itu. Melihat peta persaingan, Nabil awalnya bimbang apakah akan menang atau kalah. “Saya merasa semua penampilan para peserta lomba sama-sama bagusnya,” cerita Nabil. “Namun di sisi lain, setiap orang itu memiliki kesempatan untuk menang,” tambahnya.
Berhasil menyabet juara 1, Nabil merasa bahagia telah memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang telah mendukung. “Semoga ke depannya prestasi ini dapat dilanjutkan oleh adik-adik panti,” harapnya sambil tak lupa mengucapkan syukur dan terima kasihnya kepada semua ustadz dan ustadzah di panti yang selalu mendukungnya.
Juara 1 lomba Dai Remaja ini merupakan prestasi yang kedua dalam sepekan terakhir di bulan Ramadhan 2018. Sepekan lalu, menggondol juara 3 Lomba Karaoke Religi kategori Umum (27/5). “Salah satu yang memotivasi saya mengikuti berbagai lomba adalah pesan Ustad Hadianto dan Ustad Sumani pada tahun 2010 lalu,” jelas Nabi.
“Beliau berdua mengatakan bahwa potensi itu harus digali semaksimal mungkin. Seperti halnya balita yang berjalan, meski kerap menemui kegagalan, pada akhirnya ia akan jalan dengan lihai,” tuturnya. “Juga keinginan saya untuk berlatih mensyiarkan ajaran Islam.”
Selain Nabil, Panti Asuhan Tunanetra Terpadu Aisyiyah Ponorogo sebenarnya juga mengirim Makruf Muslihudin dalam perlombaan yang sama. Berbeda dengan Nabil yang berada di urutan “tengah”, Makruf justru mendapat urutan kedua. “Saya merasa grogi karena ini pengalaman pertama mengikuti lomba Dai,” jelas Makruf.
Nabil pun tidak main-main untuk menyiapkan diri mengikuti lomba. Dua hari sebelum hari H, Nabil langsung dilatih secara langsung oleh ustad Syarifan. Dengan persiapan yang cukup maksimal, Nabil pun merasa mantap membawakan tausiyah yang berjudul “Pemuda Modern Mengguncang Dunia”. Ceramah yang dibawakan dalam durasi 8 menit itulah yang mengantarkannya menjadi juara 1.
Selamat dan semangat! (wiwik)