PWMU.CO – Salah satu ciri hati yang mati adalah tidak pernah menghiraukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Maka, merugilah mereka yang hatinya seperti ini. Hal tersebut disampaikan Ustadz Sukirno saat menjadi penceramah kuliah tujuh menit (kultum), di Masjid Assalam. PRM Tanjungsekar, PCM Lowokwaru, Kota Malang, Selasa (5/6/2018) malam.
Ustadz Sukirno mengatakan, i’tikaf di masjid menjadi momentum untuk mendekatkan diri pada Allah SWT di Bulan Suci Ramadhan yang mulia ini, Terutama di 10 hari terakhir.
“Guna mengenali nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita, yaitu mulai nikmat umur, nikmat sehat, nikmat keluarga, dan nikmat lainnya. Kemudian merenungkan dan menambah untuk mengingat dan mensyukuri nikmat tersebut,” jelasnya di hadapan jamaah tarawih Masjid As-Salam.
Ketua panita pembangunan Masjid As-Salam ini pun mengajak jamaah mencoba mengenali diri. “Apakah kita sudah tahu tentang diri kita?” tanyanya.
Saat mengenali diri maka perlu direnungkan juga tentang kategori hati. Yaitu ada hati yang sedang hidup, hati yang sakit, dan hati yang mati.
“Jika hati yang sedang hidup, begitu ada panggilan Allah SWT maka akan bergegas memenuhi panggilan tersebut. Contohnya saat ada panggilan waktu sholat berjamaah di masjid, maka bergegaslah kita,” terangnya.
”Hati yang hidup, jika melakukan dan berkata keliru atau salah segera memohon ampun pada Allah SWT. Jika bertemu dengan saudara atau orang lain selalu bisa tersenyum, dan seterusnya,” imbuhnya.
Namun jika hati sakit, akan ada rasa hasut, selalu merasa iri kepada orang lain. “Dan itu lebih dahsyat sakitnya dibandingkan dengan sakit fisik,” tuturnya.
Dengan mengetahui kategori hati tersebut maka seseorang akan sibuk mensyukuri nikmat Allah dan sibuk mengoreksi diri atas segala kekurangan dan kesalahan selama di masjid selama i’tikaf.
“Dan akhirnya bisa bermunajat pada Allah SWT. Sehingga bisa menjadi manusia yang memahami diri di hadapan Allah SWT,” harapnya.
Untuk hati yang sedang mati ini yang paling berbahaya, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. “Jika hati telah mati maka apapun yang diseru atau diperintahkan oleh Allah SWT ini sudah tidak bergetar lagi hatinya. Tidak segera bergerak dan bergegas untuk memenuhi panggilan Allah tersebut, bahkan sering meninggalkan seruan atau perintah Allah SWT,” katanya. (Izzudin)