PWMU.CO-Manusia hidup, manusia sehat itu seperti gunung emas yang berjalan. Harganya mahal sekali, tiada yang bisa menukar atau membelinya. Demikian disampaikan Rofiq Maukar, BA sebagai pembuka dalam tausiyah Subuh di Masjid Al-Furqan Jl Platuk Donomulyo VI/9 Kenjeran Surabaya, Rabu (6/6/2018).
“Pada tausiyah subuh ini Saya diminta sama takmir untuk menyampaikan tentang makna mukjizat bagi ummat Islam. Saya mau merangkum ternyata banyak sekali. Oleh karenanya, saya akan sampaikan sebagian saja dari mukjizat para Nabi itu yakni mukjizat Nabi Ibrahim dan Nabi Ayyub.” kata Rofiq Maukar.
Rofiq Maukar menyampaikan firman Allah dalam surat al Baqarah ayat (20) yang arti bebasnya: “Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata, wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati?”
“Allah berfirman, Belum percayakah Engkau wahai Ibrahim? Dia Ibrahim menjawab, Aku percaya ya Allah, tetapi agar hatiku tenang, lebih mantap lagi. Dia Allah berfirman, Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu, kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. maka Nabi Ibrahim melaksanakan perintah itu, dan bertambah imanlah dia.” paparnya.
Menurut dia, inilah mukjizat yang diperlihatkan Allah kepada Nabi Ibrahim As sehingga diabadikan dalam ayat itu. “Sewaktu Ibrahim telah bertekad memerangi perilaku syirik dan penyembahan berhala, ia masih ingin meneguhkan keimanan terlebih dahulu sehingga dapat menenteramkan hatinya. Maka Ibrahim memohon kepada Allah, agar diperlihatkan kepada dirinya tentang cara Allah menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati,” ujarnya.
Mukjizat selanjutnya, kata dia, mukjizat Nabi Ayyub As. Nabi Ayyub adalah seorang mukmin sejati, ahli ibadah yang tekun. Rezeki yang luas dan harta kekayaan yang diberikan oleh Allah kepadanya, sebagian diberikan untuk menolong orang-orang yang membutuhkannya, seperti kepada para fakir miskin. Hari-harinya terisi penuh dengan ibadah, sujud kepada Allah, dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepadanya. Melihat kondisi itu, Iblis merasa iri terhadap Nabi Ayyub.
Iblis, terang dia, kemudian mendatangi Nabi Ayyub yang bergelimpangan dalam kenikmatan duniawi, tenggelam dalam kekayaan yang tidak ternilai besarnya, mengepalai keluarga yang besar yang hidup rukun, dan damai. Ia mendapati Nabi Ayyub tidak tersilau matanya oleh kekayaan yang ia miliki dan tidak tergoyahkan imannya oleh kenikmatan duniawinya. Siang dan malam ia senantiasa menemui Nabi Ayyub sedang melakukan shalat, sujud dan tasyakur kepada Allah. Mulutnya tidak berhenti menyebutkan nama Allah berzikir, bertasbih dan bertahmid. Nabi Ayyub dikenal sebagai seorang yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah yang lemah, yang lapar diberinya makanan, yang bodoh diajar dan dipimpin dan yang salah ditegur.
“Iblis kemudian, meminta izin kepada Allah Ta’ala untuk menggoda Nabi Ayyub dengan memusnahkan harta kekayaannya sehingga ia menjadi seorang miskin, ditinggalkan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara. Akan tetapi, Nabi Ayyub tetap sabar menerima cobaan tersebut. Sifat sabar inilah yang menjadi mukjizat dari Nabi Ayyub. Ia semakin bertambah taat dan berserah diri kepada Allah Ta’ala atas segala cobaan yang dideritanya,” terang dia mengutip ayat al Quran.
Masih kata dia, melihat kodisi tersebut, Iblis semakin penasaran dengan Nabi Ayyub. Kemudian, Iblis mendera Nabi Ayyub dengan penyakit kulit selama delapan belas tahun. Penyakit kulit tersebut konon sangat menjijikkan. Bahkan terlihat ulat bergerak-gerak memakan daging di tubuhnya. Penyakit ini membuat ia dikucilkan masyarakat, malah istrinya pun meninggalkannya. Akan tetapi, Nabi Ayyub tetap bersabar dan ikhlas menerima cobaan dan ujian tersebut.
“Melihat ketabahan dan ketaatan Nabi Ayyub, akhirnya Iblis pun menyerah. Kemudian, Allah Ta’ala mengutus malaikat untuk menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub dan Allah mengembalikan semua kekayaannya. Selain itu, istri-istrinya pun kembali kepadanya,” ucapnya.
Di ahir tausiyahnya, dia mengajak kepada jamaah untuk meneladani dari dua cerita tersebut agar tetap bersyukur atas nikmat iman dan nikmat sehat karena nikmat sehat itu seperti gunung emas yang berjalan, harganya mahal sekali, tiada yang bisa menukar atau membelinya,”pungkasnya. (Habibie)