PWMU.CO-Bulan puasa Ramadhan bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan kegiatan apa-pun. Itulah yang terlihat pada SD Muhammadiyah 1 (Muhasa) Ngawi. Malah sekolah yang telah mengantongi banyak prestasi ini mengajak siswa-siswinya untuk melakukan kegiatan outbond yang dikemas dalam Ramadhan SMART batch II.
Kegiatan yang dilaksanakan mulai Selasa hingga Kamis, 5-7 Juni 2018 ini dipusatkan di Desa Ngrendeng, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. Kegiatan ini diikuti oleh 154 siswa. “Outbond menjadi salah satu kegiatan wajib dalam kegiatan ramadan. Sesuai dengan rangkaian tema dalam Ramadan SMART batch I yang dilaksanakan di sekolah beberapa waktu lalu, nuansa kearifan lokal mewarnai kegiatan outbond,” kata salah satu guru SD Muhasa Ngawi.
Peserta outbond dibuat penasaran dengan istilah-istilah yang digunakan dalam setiap pos. Di pos 2 misalnya, pos ini bernama ‘Pos Nembang’. Beberapa anak masih asing dengan kata ini. Terbukti ketika petugas pos menanyakan makna kata tersebut, anak-anak lebih cepat mengerti maknanya ketika petugas pos mengartikan ke dalam bahasa Inggris. “Nembang has same meaning with singing,” ucap Desi Kusumawardhani menjelaskan. Pada pos ini, anak-anak menampilkan yel-yel terbaik dengan kelompoknya. Suasana kebun labu menambah asyik kegiatan.
Tak beda dengan pos nembang, peserta dibuat penasaran dengan istilah yang masih asing di telinga mereka di pos berikutnya, yaitu pos ‘umplung krompyang’. Pada pos ini, anak-anak bekerja sama menyusun ‘umplung’ (kaleng) membentuk menara. Peserta yang tidak berhasil, ‘umplung’ akan jatuh dan menimbulkan suara ‘krompyang.’
Pos terakhir adalah pos ‘meres gomblok’. Pos ini menjadi pos paling menarik karena melibatkan air pegunungan yang sangat sejuk dan jernih. Di pos ini, anak-anak disediakan beberapa gelas mineral bekas, botol, bola tenis, dan ‘gomblok’ (baju bekas). Satu kelompok harus bekerja sama mengisi air ke dalam botol secara estafet sampai bola tenis di dalam botol keluar, diawali dari anak pertama ‘meres gomblok’ yang sudah dibasahi air ke gelas pertama.
Istilah tersebut sengaja digunakan, melihat anak-anak jaman sekarang lebih mengenal budaya luar daripada budaya daerahnya sendiri. Seperti pepatah jawa mengatakan, “Wong jowo ilang jowone.” (Upick).