PWMU.CO – Wajah Haris Arifuddin SPd tampak sedikit gugup. Di depannya sudah menunggu penguji yang akan menilai bacaan al-Qurannya. Saat namanya dipanggil ustadz penguji, dia bersiap dengan sedikit ragu-ragu. Dilihatnya al-Quran yang sudah disiapkan penguji.
Penguji lalu meminta guru olahraga itu untuk mambaca surat Al Ahzab ayat 50, meneruskan bacaan peserta sebelumnya. “Agak sedikit gemetar,” kata guru olahraga yang menamatkan pendidikan tingginya di Malang itu.
Bukan hanya Haris, pagi itu sekitar 70 guru dan karyawan SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (SMP Musasi) mengikuti tes membaca al-Quran. “Tidak hanya guru Al-Islam, namun semua guru dan karyawan. Bahkan Kepala Sekolah dan jajarannya dibawahnya mengikuti kegiatan ini,” ujar direktur Program Diniyah SMP Musasi Nur Kholifah SPdI, Kamis (7/6/2018).
Ucapan Olif, panggilannya ternyata tidak salah. Tak berselang lama, nama kepala sekolah Aunur Rofiq MSi juga dipanggil untuk di tes bacaan al-Qurannya. Tanpa mengalami kesulitan yang berarti, mantan guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) itu melewatinya dengan baik.
Olif menyebut, dalam tes mengaji yang diikuti seluruh guru dan karyawan SMP Musasi kali ini, sengaja mendatangkan penguji dari luar. “Agar integritas penilaian dapat berjalan dengan transparan,” ungkapnya.
Tes mengaji al-Quran, lanjut Olif, merupakan salah satu rantai program Diniyah yang ada di sekolah tersebut. Sebelumnya, saat briefing pagi hari, ada sesi baca Alquran bersama-sama. Setelah itu sebelum masuk kelas mengajar mata pelajaran, seluruh guru dan karyawan diharuskan menjadi pengajar al-Quran dalam berbagai tingkatan. “Mulai dari level tidak bisa membaca hingga mereka yang sudah lancar dan masuk kelas tahfidh,” ungkapnya.
Program diniyah yang sudah berjalan lebih dari empat tahun itu, kata Olif, selain menjadi bagian kurikulum sekolah, juga upaya mendekatkan seluruh warga sekolah agar cinta al-Quran.
Kepala SMP Musasi Drs Aunur Rofiq Msi juga mengamini hal itu. Menurutnya, al-Quran sudah selayaknya mendapat tempat istimewa di hati umat Islam, termasuk warga Muhammadiyah. “Sebab al-Quran merupakan pedoman hidup yang akan mengantarkan kita selamat dunia dan akhirat,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Rofiq, panggilannya, mereka yang gemar membaca al-Quran akan berdampak pada kepribadian diri masing-masing. “Sebagai pendidik, kita juga punya tanggung jawab dakwah pada para siswa yang kita ajar,” jelasnya.
Terakhir, menurut Rofiq, menjadi tugas dan tanggung jawab bersama para pimpinan amal usaha Muhammadiyah (AUM) agar tidak hanya berorientasi profit. “Inilah tugas dan kewajiban pimpinan sekolah sebenarnya. Membuat bisa para guru dan karyawan yang belum bisa baca al-Quran. Mengenalkan Muhammadiyah bagi mereka yang sebelumnya belum kenal Muhammadiyah,” pungkasnya. (das)
Discussion about this post