PWMU.CO – Pada awal tahun 2013 silam, publik perpolitikan Indonesia dihebohkan dengan prahara di Partai Demokrat. Para politisi Partai Demokrat yang dikenal sebagai “loyalis” Anas Urbaningrum dipreteli dari struktural Partai. Salah satunya adalah Sekretaris Departemen Agama DPP Demokrat, Ma’mun Murod Al-Barbasy yang “dipecat” oleh Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Usai “pemecatan” itu, Ma’mun Murod Al-Barbasy lebih banyak mengisi harinya di dunia akademik. Termasuk menyelesaikan studinya di program doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia. Setelah hampir 5 tahun, tiba-tiba dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta ini kembali aktif di partai politik. Tepatnya di Partai Amanat Nasional.
Mengawali kembali keaktifannya di dunia politik, Ma’mun Murod Al-Barbasy menulis catatan tentang alasan come back ini, serta partai politik pilihannya. Selamat membaca!
***
Hasbunallâh wani’mal wakîl ni’mal maula wani’mal nashîr. Lâ haulâ wa lâ quwwata illa billâhi.
Mohon doa dan dukungannya. Setelah berpikir dan mempertimbangkan secara serius, termasuk juga konsultasi dengan banyak pihak, akhirnya di Bulan Suci Ramadhan ini, tepatnya tanggal 25 Ramadhan 1439 H, bertepatan 10 Juni 2018 M, saya memutuskan untuk kembali aktif di partai politik. Saya niatkan secara tulus untuk berbuat yang terbaik bagi agama, negara, dan bangsa. Semoga Allâh meridhai.
Lalu partai mana yang hendak menjadi tempat berlabuh dan sekaligus sebagai medan perjuangan? Setelah mempertimbangkan banyak hal dan masukan banyak pihak, termasuk juga mempertimbangankan atas beberapa partai yang telah meminta saya aktif dan menjadi calon legislatif, akhirnya saya memutuskan untuk memilih aktif dan berjuang melalui Partai Amanat Nasional (PAN).
Memutuskan untuk kembali aktif di partai politik tentu bukan pilihan mudah. Bagi saya ini pilihan yang sangat sulit. Setelah sebelumnya pada tahun 2013 pernah dipecat Pak SBY secara berjamaah dari kepengurusan DPP Partai Demokrat lantaran sikap saya dan teman-teman yang memilih membela dan berada di belakang Anas Urbaningrum.
Saya sempat berpikir serius untuk menjauh dari dunia politik praktis sebagaimana pilihan yang pernah diambil beberapa Sahabat pasca Peristiwa Tahkim yang berujung pada terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, setelah sebelumnya Usman bin Affan juga terbunuh secara lebih sadis lagi. Sebaliknya memilih kembali secara kaffah di dunia kampus.
Namun hasrat politik yang sudah mendarahdaging sebagai aktivis plus melihat realitas politik saat ini yang jauh dari ideal tampaknya sulit untuk berdiam diri. Tidak cukup hanya menjadi muadzin sebagaimana selama ini saya lakukan setiap saat melalui pelbagai tulisan.
Kenapa memilih PAN? Sederhana, selain faktor Tokoh Reformasi Pak Amien Rais (MAR) yang hingga kini diusia senjanya tak berhenti berteriak kritis guna perbaikan atas bangsa dan negara ini.
Dengan posisi MAR yang seperti itu tentu memungkinkan saya untuk tetap merdeka berteriak kritis atas apa yang saya yakini benar tanpa harus merasa tertekan, takut dipersoalkan, dan dikungkung oleh partai atau elit partainya. Saya juga diyakinkan oleh beberapa elit PAN bahwa apa yang selama ini saya lakukan akan disupport maksimal.
Yang pasti posisi saya masuk di PAN bukan karena menawarkan diri, tapi lebih karena diminta oleh beberapa elit PAN. Maka dengan mengucap Bismillâhirrahmânirrahîm, saya memutuskan untuk aktif kembali di partai politik melalui PAN. Meskipun sekali lagi, ini jelas bukan pilihan yang mudah bagi saya.
Semoga kehadiran saya bisa membawa kebaikan bagi semua (maslahatil ammah). Âmîn ya rabbal âlamîn .
(Brebes, 25/9/1439 bertepatan 10/6/2018)