PWMU.CO-Saat musim piala dunia seperti sekarang mungkin sebagian orang akan berbondong-bondong mencari tempat enak untuk nobar atau lebih memilih berdiam diri di rumah menonton club-club kebanggaan sedang berlaga di piala dunia 2018. Tapi tidak untuk pemuda-pemudi Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Ngawi. Senin (2/07/2018), mereka justru sibuk melakukan rapat konsolidasi di Kedai Teh Radja, Alun-alun, Ngawi.
Angin malam dan musim piala dunia tidak mengindahkan untuk berkumpul dan berkonsolidasi. Mereka juga tidak terpengaruh dengan tayangan piala dunia di salah satu televisi swasta yang ramai ditonton oleh orang-orang yang tidak jauh dari mereka. Dalam rapat mereka banyak sekali pembahasan yang sangat menarik, salah satunya membahas peta politik untuk menyambut pesta demokrasi pilleg, pilpres 2019 serta hasil pilgub Jatim 2018.
Ketua PDNA Ngawi, Shofiana Eka Aulia, S.H.I misalnya, menanyakan caranya memberikan wawasan dan menyadarkan perempuan khususnya NA agar tidak anti urusan politik. Banyak alasan terlontarkan, mulai dari tidak mengerti dengan hal-hal berbau politik, sampai pemikiran bahwa politik merupakan urusan bagi para kaum laki-laki saja. Hingga pada akhirnya, politik dipandang sebagai dunia yang ada di tangan laki-laki.
Pertanyaan Shofiana tersebut direspon lainnya. Ketua Komisi C DPRD Kab.Ngawi, Supeno, S.Pd., M.M yang ikut hadir di pertemuan itu misalnya menjawab sekaligus memberikan motivasi ke Nasyiatul Aisyiyah khususnya PDNA Ngawi. “Sudah saatnya Nasyiah itu melek politik dan mau keluar dari zona nyamannya melebarkan sayap perjuangannya demi membela hak-hak perempuan yang sampai detik ini masih menjadi polemik. Sudah saatnya NA itu membaur dengan teman atau komunitas yang bukan NA agar mengetahui dinamika masyarakat sekarang ini,” kata Supeno.
Kang Peno, sapaan akrabnya, menambahkan The Power of Emak-Emak, khususnya di Jawa Timur sudah sangat jelas. Gubernur terpilih perempuan, wali kota Surabaya perempuan, wali kota Batu perempuan. Sudah banyak sekali kaum perempuan dalam garda depan pemangku kebijakan daerah atau pun provinsi Jawa Timur. “Maka dari itu sudah sepantasnya perempuan era milineal khususnya Nasyiatul Aisyiyah itu untuk melek politik karena keterwakilan perempuan itu sangatlah diperlukan,” pungkasnya. (Shofa)