PWMU.CO – Banyak keprihatitan dalam kehidupan politik hari ini, bidang yang lama “ditinggalkan” Muhammadiyah. Dengan berbagai alasan, selama kurun 20 tahunan terakhir, Muhammadiyah “dipaksa” untuk menjauhi hiruk pikuk politik. Salah satu alasan yang seringkali muncul adalah agar Persyarikatan fokus mengurus dakwah kultural, memperbaiki amal usaha pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pelayanan sosial.
“Muhammadiyah diminta fokus di sana. Tidak boleh terlibat dan tidak boleh dekat dengan kekuasaan,” demikian dikatakan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PWM) Jawa Timur Nadjib Hamid MSi dalam acara “Konsolidasi Tim Pemenangan Nadjib Hamid untuk DPD RI” di Gedung Dakwah Muhammadiyah Brondong Lamongan, Selasa (3/7).
Pria yang dicalonkan PWM Jatim untuk bertarung dalam kontestasi DPD RI 2019-2024 ini mengaku gagal paham dengan salah satu diktum syarat calon Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Masih berstatus “calon” saja, tapi sudah dilarang menjadi calon presiden (capres) ataupun calon wakil presiden (cawapres). “Seharusnya kita bangga jika memiliki presiden atau wakil presiden,”
Alumni IPM ini pun sempat curiga ada pihak yang tidak rela apabila Muhammadiyah terlibat mengambil peran dalam politik kebangsaan dan dekat dengan kekuasaan. “Nah, dampaknya kita rasakan sekarang ini. Ketika kekuasaan telah diambil oleh orang lain dan Muhammadiyah tidak memperoleh apa-apa. Baru kita merasakan situasi keprihatinan itu. Kita baru menyadari bahwa dakwah tidak bisa dipisahkan dengan poitik,” tegasnya.
Ia menegaskan, jika kader Muhammadiyah mampu memegang kendali politik kekuasaan dan bisa disinergikan dengan dakwah, maka dampaknya akan luar biasa bagi umat dan bangsa. Sebab dakwah tidak bisa dipisahkan dengan politik.
“Meskipun kita yakin bahwa asal tidak dihalangi, dakwah kita lancar, amal usaha kita juga besar dan unggul. Tapi jika kebijakan politik menghendaki lain, maka program yang bagus pun terasa tiada artinya,” tuturnya.
Nah, kini sudah waktunya kader Muhammadiyah kembali berpolitik untuk membenahi situasi politik di negeri ini. Sebab kondisinya sangat memperihatinkan. “Inilah momentum tepat untuk memperbaki situasi politik. Yakni ketika PP Muhammadiyah memutuskan kader-kadernya bida terjun di dunia politik. Berikhtiar untuk memperbaiki kondisi bangsa lewat jalur politik,” tandasnya.
Acara tersebut dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) dan Ortom di daerah pemilihan (Dapil) IV Lamongan, Yakni Brondong, Paciran, Solokuro dan Laren.
Sekretaris tim pemenangan Nugraha Hadikusumo mengatakan, Kabupaten Lamongan adalah kunci pertama buat pemenangan Nadjib Hamid (NH). Kenapa begitu? Karena Nadjib Hamid merupakan kader ideologis Muhammadiyah yang lahir, tumbuh dan besar di Lamongan.
“Nadjib Hamid ini kader Muhammadiyah yang berproses di Lamongan mulai di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Jadi suara Nadjib Hamid di Lamongan harus signifikan,” katanya.
Nugraha menambahkan, langkah yang diambil PWM Jatim mendorong pimpinnanya maju sebagai calon DPD RI adalah bagian strategi jihad Muhammadiyah politik. “Ini adalah keputusan Persyarikatan. Jadi kita harus laksanakan itu. Kita haruslah benar-benar bekerja keras dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk bisa mengantarkan Nadjib Hamid jadi DPD RI,” tegasnya.
Di akhir acara, Nugroho dengan heroik memimpin yel-yel pemenangan yang diikuti oleh tim pemenangab Nadjib Hamid untuk Dapil IV Lamongan. “Nadjib Hamid, Nadjib Hamid,” ujar Nugroho memimpin. “Menang, menang dan menang,” jawab serentak hadirin. (aan)