PWMU.CO – Banyak metode mendongeng yang bisa menarik perhatian para pendengar. Salah satu yang dikenalkan adalah mendongen dengan metode CAS CIS CUS. Demikian disampaikan pendongeng, Sidik Nuryanto, dalam workshop Mendongeng yang digelar Pesantren Mahasiswa Al-Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), Selasa (3/7).
“CAS itu sendiri adalah Cipta Aksi Super yang berfungsi sebagai cara atau strategi dalam membuka dongeng,” jelas Sidik dalam acara yang dikerjasamakan dengan Komunitas Peduli Anak (KOMIK) Ponorogo itu.
Sementara CIS, masih menurut Sidik adalah Cipta Inspirasi Super Strategi. “Dalam menyampaikan cerita agar bermakna dan bermuatan pesan moral sekaligus hiburan,” jelasnya sambil menyatakan bahwa inti dongeng yang bermuatan moral harus tersampaikan.
Yang terakhir CUS, masih menurut Sidik adalah singkatan dari Cipta Usulan Super Strategi. “Untuk menutup dongeng agar pesan moral pendidikan karakter mampu tersampaikan,” jelasnya dalam acara yang digelar di Ruang Seminar lantai 1 UMPO itu.
Sidik yang juga Duta Cerita The Habibie Center ini berharap semoga ada Follow Up dari kegiatan ini. “Bibit pendongeng yang ada di Ponorogo masih sangat kurang sehingga dunia kisah serta literasi kurang berjalan dan berkembang secara maksimal,” pungkasnya.
Tidak hanya materi, pada workshop mendongeng ini juga digelar sesi praktek mendongeng. Bagi peserta yang berani maju mendapatkan apresiasi dari pemateri.
Ketua Panitia workshop, Channa Nur Azizah mengungkapkan bahwa metode mendongeng adalah cara sederhana yang dapat dilakukan untuk meminimalisir permasalahan pada perilaku anak. Acara juga dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian Alumni santriwati terhadap dunia anak-anak.
“Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Imajinasi seorang anak akan berkembang ketika mendengarkan sebuah dongeng,” tutur Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam UMPO ini.
Channa, begitu biasa dipanggil memaparkan bahwa penanganan permasalahan perilaku anak hendaknya dilakukan sedini mungkin agar tidak berimbas sampai ia dewasa. Untuk itu sangatlah penting para orangtua dan guru-guru TPA/TPQ dibekali kemampuan mendongeng.
“Mungkin manfaat dari workshop belum bisa langsung dirasakan kebermanfaatnya oleh para peserta. namun dua atau tiga tahun kemudian saya yakin mereka baru akan merasakan ketika KKN (Kuliah Kerja Nyata) atau kembali lagi ke dunia masyarakat,” ujarnya dihadapan 45 peserta workshop yang semuanya perempuan.
Ditemui usai workshop, salah satu peserta Asti Nur Jannah, mengatakan bahwa acara ini sangat bermanfaat. “Menyenangkan dan mampu merefresh diri sembari senang-senang namun ada pengalaman dan nilai edukasi yang bisa kita dapatkan,” tuturnya.
Asti, panggilan akrabnya, berharap semoga kegiatan ini kedepannya bisa dijadikan rutinitas untuk kita belajar dalam mengembangkan diri terutama dunia mendongeng. “Semua peserta adalah perempuan. Jadi sekaligus sebagai calon ibu maka kita perlu mempersiapkan diri untuk mendidik anak-anak nanti,” ujar mahasiswa Jurusan Matematika UMPO ini sembari tersenyum malu. (diyah)