PWMU.CO-Di zaman perkembangan teknologi internet sekarang ini semua urusan menjadi mudah. Hanya dengan handphone di tangan sudah banyak mendapatkan informasi dan petunjuk. Bahkan jika membutuhkan sesuatu tinggal pencet aplikasi yang diinginkan kebutuhan datang sendiri. Namun sebaik petunjuk berasal dari Allah dan sebaik permintaan adalah berdoa kepada Allah juga.
Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PWM Jatim Muhammad Arifin dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid Baitul Halim PCM Lakarsantri Surabaya, Ahad (8/7/2018). Pengajian kali ini bersamaan dengan pelaksanaan khitan massal sehingga acara makin meriah.
Arifin mengatakan, perkembangan teknologi tidak dapat dicegah oleh siapa pun. Bahkan oleh agama. Sikap muslim yang baik adalah bisa memakai teknologi itu tanpa mengabaikan aturan Allah.
”Berkat teknologi saya bisa datang ke lokasi ini lewat petunjuk googlemap. Ada petunjuk berapa panjang jalan yang ditempuh, waktu tempuh, jalan mana saja yang macet dan longgar,” tutur Arifin yang juga anggota Badan Narkotika Nasional (BNN) Jawa timur ini.
Namun, sambung Arifin, teknologi tidak bisa memberikan petunjuk kebenaran. Petunjuk kebenaran harus dicari lewat wahyu Allah yang tertuang dalam Alquran. ”Meskipun teknologi memudahkan kehidupan manusia, tidak bisa mengabaikan aturan Allah apalagi meninggalkannya,” tandas da.
Dia mencontohkan, perusahaan sosis di negeri Barat dengan teknologinya memasukkan babi atau sapi utuh ke penggilingan. Lantas mesin memisahkan sendiri daging, tulang, hasil akhir sudah berbentuk rentengan sosis.
”Cara pengolahan daging seperti ini tidak sesuai syariat Islam karena tanpa penyembelihan, dan tanpa pemisahan darah dan kotoran dalam satu proses,” papar dia sambil menyebut syarat daging halal tercantum dalam surat Al Maidah ayat 3.
Melihat proses ini, kata dia, sepertinya syariat Islam menghambat perkembangan teknologi. ”Muslim yang baik bisa membedakan mana teknologi yang bisa dipakai sesuai syariat. Jangan semua teknologi dipakai dengan prinsip kemudahan,” tuturnya.
Karena itu, tambah dia lagi, orangtua harus bisa mendampingi anak-anaknya memakai teknologi internet. Sebab di zaman sekarang kehidupan anak-anak dikelilingi aneka macam teknologi seperti games, FB, Instagram, WA, chatting, Youtube, dan sejenisnya.
”Orangtua hangan membiarkan anak-anak asyik dengan dunia internet yang bakal mengasingkan dengan dunia nyata. Anak-anak harus diajak mendatangi majelis pengajian, shalat berjamaah di masjid agar mereka tidak mengabaikan aturan Allah di samping memakai teknologi,” katanya.
Teknologi juga menyerbu banyak informasi ke kalangan umat Islam. Misalnya, tayangan video yang menunjukkan aktivitas sembahyang Kristen Ortodok Syiriah yang berbahasa Arab. ”Cara sembahyang mereka menyerupai shalat, Injilnya berbahasa Arab dan dibaca dengan dilagukan mirip tilawah Quran, pakaian mereka juga pakai ghamis dan berkerudung bagi perempuan,” ceritanya.
Jika umat Islam tidak mempunyai ilmu untuk menyaring informasi ini, ujar dia, bisa saja kemudian berkesimpulan Kristen Ortodok Syiriah itu mirip Islam. Sehingga berkesimpulan agama Kristen dan Islam sama saja. Mengutip Al Isra ayat 36, Arifin menandaskan, jangan mengikuti sesuatu tanpa ilmu agar tidak tersesat.
Dia memutarkan video berisi gambar kerumuman bebek yang hanya dikendalikan oleh seorang penggembala dengan sebatang tongkat. Ratusan bebek itu pun menurut petunjuk dan komando penggembala. ”Bebek saja menuruti petunjuk gembalanya, manusia mosok gak mau nurut sama petunjuk Allah yang telah memberikan kehidupan dan segala kenikmatan ini,” tegasnya.
“Jika menolak aturan Allah, manusia bisa lebih rendah dari binatang seperti kata Allah dalam surat Al A’raf ayat 179,” katanya. (sgp)