PWMU.CO-Negara Indonesia sudah memilih sistem demokrasi dalam sistem pemerintahan. Sayangnya, praktik kenegaraan masih terjadi diskriminasi di bidang kehidupan rakyatnya.
Hal itu disampaikan Prof Dr M. Amien Rais saat mengisi pengajian Pimpinan Muhammadiyah Cabang (PCM) Laren di Ranting Brangsi, Lamongan, Ahad (8/7/2018). Acara yang dihadiri 1.500 jamaah ini sekaligus peresmian Masjid Nurul Huda. Pasukan drumband menyambut kedatangan para hadirin memasuki forum.
Amien Rais menjelaskan, Indonesia yang sudah 73 tahun ini masih terbelakang, kemiskinan di mana mana, pengangguran tidak terbendung. ”Walaupun negara kita demokrasi, tapi terjadi diskriminasi. Pelaksanaan hukum masih tebang pilih. Tumpul ke atas tajam ke bawah. Yang lemah dihajar habis, yang kuat, yang punya uang, yang dekat dengan penguasa dilindungi.
”Contohkan seorang ibu rumah tangga mencuri tiga biji sabun ditangkap satpam diadili dan dihukum enam bulan. Sedangkan kasus BLBI dan Century yang merugikan triliunan rupiah bebas dibiarkan,” kata Amien Rais.
Diskriminasi bidang politik, sambung Amien, kalau konco dewe dilindungi. Tapi para oposisi jika mengganggu, maka dipecah-belah. ”Pemimpin-pemimpin kita itu penakut, padahal Nabi bersabda, setinggi-tinggi jihad adalah mengatakan sesuai yang haq di depan penguasa yang dholim,” tndasnya.
Dia melanjutkan, diskriminasi ekonomi menciptakan dikotomi yang kuat semakin kuat. Sebaliknya yang kecil semakin lemah. ”Tukang bakso pinjam uang ke bank Rp 10 juta sulit mencairkan, sedangkan cukong jualan yang jelas-jelas merusak negara sebelum satu minggu sudah cair,” papar dia.
Sedangkan diskriminasi bidang sosial, kata Amien, menurut sebuah lembaga penilaian Oxford menemukan ternyata ada empat orang cukong Indonesia, kekayaannya melebihi seratus juta orang miskin.
”Diskriminasi keagamaan pun terjadi. Umat Islam ini dicurigai, dibuat tersangka, terdakwa, ulama dikriminalisasi, sedangkan non muslim tidak diapa-apakan,” jelasnya. (Slamet Hariadi)