PWMU.CO-Makan bandeng menjadi sangat nikmat jika tanpa duri. Gurihnya menjadi sangat terasa dan keterusan. Sajian bandeng seperti ini dijadikan peluang bisnis oleh mahasiswa UMM angkatan 2014 Nurmalasari.
Mahasiswa asal Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) baru saja lulus dan menyandang gelar Sarjana Perikanan dari Program Studi Budidaya Perairan (Perikanan) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang pada Mei 2018.
Produknya diberi nama Bangdur (Bandeng Tanpa Duri) Cita Rasa Nusantara. Bisnis ini dikerjakan bersama tiga temannya Muhammad Soleh, Fernanda Rahmadillah Putri dan Sabarudin. Omzetnya sudah mencapai Rp 10 juta per 100 kg bandeng. Duri bandeng itu dihilangkan dengan cara filet.
”Bisnis ini bermula dari tugas Mata Kuliah Praktik Usaha Perikanan atau biasa disebut aquapreneurship,” ujar Mala, panggilannya, dihubungi Selasa (10/7/2018). Saat itu Nurmala dan tiga temannya Praktik Kerja Lapang (PKL) di perusahaan budidaya udang vanamei dan bandeng. Perusahaan ini juga membuat bandeng tanpa duri secara filet.
”Dari PKL di perusahaan ini, kami mendapatkan ilmu tentang teknik filet bandeng untuk mengambil durinya,” tutur Mala lagi. ”Bandeng tanpa duri lebih diminati dibandingkan bandeng presto duri lunak,” tambah dia.
Empat mahasiswa ini produksi satu pekan tiga kali. Hasilnyadipasarkan di berbagai toko dan secara online lewat media sosial. Menjaga kestabilan kualitas dan kuantitas produk, Mala bermitra dengan pemasok ikan bandeng dari Probolinggo. ”Supplier ini juga memasarkan produk saya di Pasar Gadang Malang,” ujarnya.
Menurut dia, keistimewaan Bandeng Tanpa Duri Cita Rasa Nusantara ini rasa dagingnya tetap segar, gizinya terjaga. Sedangkan bandeng presto yang dimasak dengan tekanan suhu 121 derajat Celcius menyebabkan kesegaran daging dan gizinya hilang.
”Sebuah jurnal menyebutkan bandeng segar setelah dipresto gizinya hilang hampir 98 persen dan rasa daging berubah. Dengan teknik filet, kualitas daging dan gizi tetap,” tambahnya.
Mala juga menguraikan, untuk membedakan produk bandeng tanpa duri yang sudah ada di pasaran, dia membuat bandeng dengan empat varian rasa. Original, balado, rending, dan sambal matah. ”Varian rasa nusantara ini mencerminkan keanekaragaman kuliner nusantara,” tandasnya.
Mala bekerja sama dengan anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perikanan untuk produksi. Para mahasiswa ini diajari teknik filet. Setelah produk jadi Mala dan tim mengurus manajemen produksi dan pemasaran.
”Produksi diserahkan ke Himaperik (Himpunan Mahasiswa Jurusan Perikanan). Mereka bisa belajar dari sekarang sebelum memasuki semester tujuh untuk mengerjakan aquapreneurship,” pungkasnya. (Izzudin)