PWNU.CO-Setelah jatuh bangun membangun beragam bisnis, akhirnya Nurwahidah (38) menemukan rezekinya. Alumnus Fakultas Teknik Industri (FTI) angkatan 1999 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini mulai bangkit dengan Warung Nasi Sambel Jenong di Landungsari Malang.
Kuliner ini makin melengkapi jenis makanan bersambal yang sudah banyak dibuka di dunia usaha. Menu makanan ini terdiri nasi, sambal bawang pedas dengan lumuran minyak panas, ditambah sambal lombok ijo, lauknya ayam krispi, dan tempe penyet.
”Sambel bawang ini orang Malang menyebutnya jenong. Rasanya nikmat. Pedasnya membuat orang nggaber-nggaber. Pasti membuat orang kapok lombok ingin makan lagi,” ujar Ida, panggilan Nurwahidah yang juga anggota Forum Komunikasi Alumni (Fokal) Aufklarung UMM.
Satu paket nasi sambal Jenong ini ditambah segelas teh cincao hanya seharga Rp 10 ribu. Dengan harga yang merakyat ini membuat warungnya di perumahanTaman Landungsari Indah Kec. Lowokwaru Malang ramai.
Bisnis kuliner sambel Jenong ini, sambung Ida, dibuka April 2018. Sebelumnya tahun 2016, teh cincao sudah dia tekuni dengan membuka gerai di beberapa tempat. ”Sebelum terjun ke usaha sambel dan teh cincao, sejak 2003 sudah membuka 12 macam usaha,” tuturnya.
Mulai katering untuk mahasiswa, warung mi ayam baso Solo, warung tenda khas Sulawesi, jus dan cilok. Juga pernah buka rental komputer dan play station, alat tulis kantor, dan fashion. ”Alhamdulillah, kukut kabeh,” ujarnya sambil tertawa mengingat masa-masa jatuh itu.
Gerai Teh Cincao pertama kali dirintis di kantin Fakultas Kedokteran kampus 2 Universitas Islam Negeri (UIN) Malang tahun 2016. Dia bersyukur usaha minuman ini berkembang sehingga bisa buka di beberapa tempat.
Ida mengatakan, menjalankan bisnis bukan hal yang mudah. ”Saya 12 kali gagal. Memperkuat sistem manajemen bisnis sangat penting selain modal dan semangat,” katanya. Dia berdoa semoga sambel Jenong dan teh cincao ini tempat dia menemukan keberuntungan. (Izzudin)