PWMU.CO – Jalan Pattimura itu baru dua pekan saya tinggal, kini saya harus balik lagi dalam duka. Subakti Imam Asyari, adik dari mertua laki-laki saya meninggal dunia hari ini, Jum’at (13/7). Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’uuun, minta sambung doa buat Pak Dhe, Pak Lek kita, Bapak Subakti telah meninggal dunia hari ini. Semoga semua amal ibadah diterimaNya.
Itulah postingang yang dikirim oleh Fatimatuz Zahrohdi Grup WhatsApp keluarga Imam Asyari pada pukul 06.30 wib. Lain lagi di grup forum pimpinan HW se-Jawa Timur, yang bernada lebih formal. “Assalamu’alaykum. Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’uuun. Telah meninggal dunia Ramanda Subakti (ketua Kwartir Daerah HW Kota Probolinggo) pada hari ini Jum’at 29 Syawal 1439 H/13 Juli 2018 M di RS dr Moh. Saleh Probolinggo. Jenazah sedang dipersiapkan untuk menuju rumah duka di jln. Patimura Gang 3,” demikian punya postingan yang dikirim sekretaris Kwarda HW Kota Probolinggo Misbahul Fatah, pada pukul 06.37 wib.
Kepergian Ramanda Subakti memang tidak terduga. Bahkan oleh keluarganya sendiri. Saat Subuh, dia masih menunaikan shalat berjamaah. Usai shalat pun masih bercengkrama dengan istri tercintanya. Sesuai rutinitas setiap pagi, istrinya mempersiapkan barang untuk belanja ke pasar.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara orang batuk yang tak bisa dikeluarkan dengan sempurna. “huaah, huaah”. Begitu istrinya mendekat, ternyata Pak lek Bakti sedang terduduk dengan nafas agak tersengal. Oleh istrinya dipijat punggungnya, namun kondisinya makin buruk. Kemudian dibawalah ke rumah sakit dr Moh. Saleh Probolinggo.
Tapi sampai di sana sudah dinyatakan meninggal oleh dokter. “Kami minta dokter untuk memeriksanya. Tapi kata dokter, Bapak sudah tiada,” cerita Rachmawati Fitriyah, putri kedua dari almarhum.
Ramanda Subakti merupakan sosok kader Muhammadiyah yang sudah malang melintang dalam lintas generasi. Pria kelahiran Probolinggo ini mengawali sebagai aktivis Muhammadiyah di ortom Tapak Suci. Bahkan bersama kakaknya, Mobin Suhardi, dan adiknya Supriyanto, adalah tiga Pendekar Tapak Suci yang disegani.
Lahir di Probolinggo 70 tahun lalu, ia melanjutkan pendidikan SMP dan SMA bersama kakak dan adiknya di Surabaya mengikuti pamannya. Ketiganya sama-sama menekuni Tapak Suci hingga menjadi Pendekar.
Berbeda dengan kedua saudaranya, Subakti kembali ke Probolinggo merintis Tapak Suci hingga banyak murid-muridnya yang menjadi Pendekar. Dia juga pernah menjadi sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Probolinggo. Nasib baik pernah menghampirinya, karena aktif mengajar Tapak Suci, ia direkrut sebagai polisi lembaga pemasyarakatan hingga pensiun.
Seiring dengan dibangkitkan kembali pandu Hizbul Wathan, Ramanda Subakti diminta membimbing anak-anak muda dalam kepanduan Hizbul Wathan. Dia ditunjuk menjadi Ketua Kwarda Kota Probolinggo. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan dan diikuti, termasuk jambore nasional ke-2 di Jogjakarta tahun 2010.
Ramanda Subakti dikenal begitu intens menyiapkan berbagai perkaderan. Ia juga mengaktifkan PCM Mayangan hingga tiap kelurahan memiliki Ranting dan ada amal usahanya. Ia juga bersedia membina panti asuhan Muhammadiyah.
Kini Pendekar Tapak Suci yang sekaligus Jenderal HW itu telah pergi menemui Allah swt, sang pemilik kehidupan. Selamat jalan Ami Bakti, selamat jalan Pendekar Tapak Suci, Jenderal HW, semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin! (r6)