PWMU.CO – Mengawali tahun ajaran baru, semua orangtua, guru dan siswa, harus sudah memiliki pemahaman ke arah mana harus melangkah dalam meraih masa depan. Ke arah mana guru-guru mengantarkan siswa siswi untuk belajar, ke arah mana orangtua memahami perjalanan pendidikan putra putrinya.
Hal ini sangatlah penting sehingga kita semua bisa menentukan langkah yang tepat untuk mewujudkan pendidikan Islam yang sebenarnya. Demikian disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur DR M. Saad Ibrahim pada acara Silaturrahim, guru, karyawan, dan seluruh siswa SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (SMAMDA), Senin (16/07).
Bertempat di Masjid Nurul Ilmi SMAMDA, Saad meminta perwakilan siswa untuk membacakan QS. Al Imran: 133 -138 dan Q.S Fathir: 27-30. “Inti dari kandungan kedua surat tersebut terkait dengan konteks arah, proyeksi, ke mana kita harus menentukan langkah, terutama untuk siswa dalam mencapai cita-cita,” ungkap Saad.
Dosen pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini menegaskan bahwa QS Fathir ayat 27, 28, 29 dan 30 menjadi arah pendidikan Islam. Ia juga berharap ini juga menjadi arah para guru di SMAMDA untuk mengantar siswa siswi menjadi ulama. “Ulama bukanlah yang memakai gamis dan berjenggot panjang,” tegas Saad tentang makna ulama yang sesungguhnya.
Lalu siapakah ulama itu? Merujuk pada QS Fathir ayat 27, ulama adalah orang yang memahami fenomena alam antara lain memahami proses turunnya air dari langit. Orang yang memahami ilmu alam, bahwa laut terkena sinar matahari maka sebagian airnya menguap, lalu uap itu bergerak dari daerah maksimal dan minimal terkumpul menjadi awan dan pelan pelan awan itu berubah menjadi bintik bintik air dan terjadi hujan.
Dan kenapa hujan turun ke Bumi? Karena bumi mempunyai gravitasi. Pengetahuan dan pemahaman tentang alam semesta ini harus mengantarkan orang yang memahami untuk semakin dekat Allah swt. “Bumi berotasi juga ada yang mengatur, menggerakkan Dia-lah Allah,” jelas Saad.
Selain itu, ulama adalah mereka yang memahami ilmu tentang binatang, penciptaannya yang sama dengan penciptaan alam semesta. Berikutnya memahami ilmu tentang manusia, seperti sosiologi, antropologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu psikologi dan lain sebagainya yang kesemuanya harus mengantarkan kepada Allah.“Tanda yang ketiga pada ayat 29 yaitu memahami kitab Allah, sunah-sunah nabi, khasanah-khasanah islamiyah,” sambung Saad.
Yang keempat adalah tetap menegakkan relasi formal kepada Allah dengan rukuk dan sujud yaitu melalui shalat, baik shalat-shalat maktubah yang diwajibkan dan shalat shalat nafilah, shalat-shalat yang disunahkan. Seperti shalat dhuha di sekolah.
Yang kelima, tanda orang masuk sebagai kelompok ulama yaitu mempunyai kepedulian sosial, punya perhatian ke sesama manusia, tampil di tengah- tengah manusia kemudian mengarahkan manusia ke jalan yang benar.
“Pendidikan bukanlah menara gading, pendidikan harus bisa mengantarkan mereka yang dididik sehingga bisa berkecimpung dalam masyarakat. Memiliki komitmen kebangsaan, kemanusiaan,” tegas Saad sambil menyatakan jika lembaga pendidikan menghasilkan alumni seperti ini akan membuat bangsa Indonesia menjadi besar, bahkan mercusuar bagi umat-umat yang lain.
Semoga. (puspitorini)