PWMU.CO – Bagi civitas akademik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dia memang tidak begitu asing. Minimal suaranya. Sebab, setiap memasuki waktu shalat, terutama dalam kurun tahun 2003-2007, lantunan merdu adzan yang dikumandangkannya menggema di antero kampus. Salah satu muadzin yang mengingatkan waktu shalat dari corong masjid AR Fachruddin itu adalah Muhtar Rosyid.
Sejak Rabu (18/7), lantunan merdu adzan maupun ayat-ayat suci al-Quran darinya tak akan terdengar lagi. Dalam usia 36 tahun, Muhtar menghadap Sang Ilahi untuk selama-lamanya. Tepat pada pukul 14.30 wib, aktivis Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM) Komisariat Teknik ‘Aufklarung’ semasa kuliah ini dinyatakan meninggal dunia. Ia menghembuskan nafas terakhir setelah menjalani perawatan sehari di ruang Cardiovascular Care Unit (CVCU) Rumah Sakit dr Syaiful Anwar (RSSA) Malang.
Selain dikenal sebagai muadzin dan juga qari’ dalam berbagai acara, Muhtar Rosyid juga dikenal sebagai aktivis tangguh. Menjalani kuliah di Fakultas Teknik Elektro UMM angkatan 2002, dia pernah diamanahi sebagai Ketua Umum IMM Jurusan/Rayon Elektro, dan juga sebagai salah satu Ketua Bidang di IMM Komisariat Teknik ‘Aufklarung’. Dan, tentu saja aktif di kegiatan masjid Ar Fachruddin UMM.
Menurut Ketua IMM komisariat Teknik ‘Aufklarung’ periode 2004-2005, Wahono, kelebihan Muhtar dalam melantunkan adzan dan ayat suci ini menjadi kebanggaan IMM. “Kami bangga punya kader yang aktif di IMM dan sebagai muadzin di Masjid Ar Fachrudin UMM,” jelas pria yang juga senior dari almarhum Muhtar itu.
Bahkan, di kalangan IMM sendiri, Muhtar seringkali dipanggil dengan sapaan “Abah” sebagai penghormatan atas kelebihannya suaranya yang merdu dalam adzan maupun qiraah. “Saya sangat mengenal baik dengan sahabat satu ini. Almarhum Muhtar Rosyid biasa dikenal dan dipanggil dengan panggilan Abah, karena suaranya yang merdu baik saat melafalkan Alquran maupun saat adzan,” kenang Wahono saat dikonfirmasi PWMU.CO, Kamis (19/7).
“Maka tak salah ketika dia menjadi salah satu muadzin Masjid Ar Fachrudin. Beberapa kali dia membantu mengumumkan kegiatan IMM di masjid kebanggaan UMM tersebut, yang mungkin agak sulit dilakukan jika saya tak mengenalnya,” kenangnya saat sering meminta bantuan kepada almarhum untuk beberapa kali meminta bantuan mengumumkan setiap kali ada kegiatan IMM Komisariat Aufklarung di pengeras Masjid AR Fachrudin UMM.
Wahono merasa sangat kehilangan ketika mendengar sahabatnya telah dipanggil Sang Maha Berkehendak untuk selamanya. “Dia adalah salah satu pemberi warna generasi yang paling beda di masanya, sebagai muadzin juga sebagai kader IMM. Almarhum adalah orang yang sangat baik, insyaallah,” kenang dengan jelas dan sambil mengingat sahabatnya saat masih sama-sama berjuang di IMM Komisariat Aufklarung kala itu.
“Semoga amal ibadahnya diterima disisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran,” pungkasnya sekaligus sebagai harapan dan doa dari seorang sahabat seperjuangan semasa di IMM.
Muhtar Rosyid meninggal dunia dalam usia muda karena terkena serangan jantung. Pria kelahiran 16 Maret 1982 yang menekuni dunia wiraswasta usai lulus kuliah pada 2007 itu, meninggalkan seorang istri, Nur Rokhima Ningsih. Wafat di RSSA, jenazah almarhum dibawa ke Madura untuk dikebumikan di daerah asalnya.
Semoga husnul khatimah. (izzudin)