PWMU.CO – Ibarat mendapat durian runtuh. Begitulah suasana batin seluruh warga SMP Muhammadiyah 13 Campurejo, Panceng, Gresik, saat kedatangan tamu istimewa, Ahad (22/7/18).
Adalah Pengasuh Mahad Ahlul Quran Surabaya Ustadz Baidum Makenun Lc MThi Al-Hafidz beserta keluarga yang mendadak bertamu saat sedang berlangsung proses belajar mengajar di sekolah berjulukan Hamas School itu.
Kepala sekolah Nurul Wakhidatul Ummah SKom pun girang bukan main. Dia meminta kegiatan reguler di kelas-kelas pagi itu diganti dengan ‘kuliah’ tamu yang dilangsungkan di Masjid Al Ikhlas, satu kompleks dengan sekolah.
“Alhamdulillah, qadarullah. Allah mengirimkan guest teacher (guru tamu)-Nya. Tak disangka, ada rombongan tamu dari Surabaya ke Hamas School,” ujar Ustadzah Fidah—sapaan akrabnya.
Bagaimana cerita di balik kedatangan tamu penghafal Alquran itu? “Kami datang ke sini tanpa direncanakan. Karena ada waktu longgar dan kebetulan saya sedang di Lamongan. Jadi saya ingin bersilaturrahim ke Ustadzah Muafillah,” ungkap Zuhrotul Fauziyah, istri Ustadz Baidum Makenun.
Muafillah Shofah SSi adalah salah guru Hamas School yang pada bulan Ramadhan lalu mengantarkan beberapa siswa untuk mengikuti program Ramadhan Camp selama 10 hari di Mahad Ahlul Quran Surabaya untuk menghafal Alquran minimal 1 juz.
Acara bersama guest teacher dadakan itu dibuka dengan sesi sambung ayat secara berjamaah. Yaitu surat-surat pilihan dalam juz 30 dan 29, salah satunya Surat Al-A’la. Siswa-siswi Hamas School kompak dan semangat dalam menjawabnya.
Selanjutnya, Ustadz Makenun—panggilannya—berbagi motivasi tentang bagaimana mencintai Alquran. “Alhamdulillah, Allah memilih saya untuk menjaga Alquran dan bisa menghafal 30 juz dalam waktu 3 tahun,” tutur pria yang saat SD pernah mendapat ‘peringkat’ kedua dari bawah.
Imam Besar Masjid Manarul Ilmi Institut Teknik Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini menuturkan, bahwa dia tidak pernah mengenyam pendidikan tingkat menengah (SMP) dan tingkat atas (SMA). Begitu lulus sekolah dasar, dia langsung melanjutkan memperdalam Alquran di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah (PPBH) Mogeneng, Jatirejo, Mojokerto, Jawa Timur.
Dengan bekal itu—dan tentu Kejar Paket B dan C—Dia pun akhirnya melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Syekh Ahmad Kaftaro Damaskus, Syiria.
Dia lalu melanjutkan S2 Tafsir Hadist di IAIN Sunan Ampel Surabaya—kini Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.
Ustadz Makenun mengisahkan, saat masa pendidikan di Syiria, dia pernah mengalami kesulitan belajar. “Mata pelajaran yang saya tidak bisa, akhirnya saya hafalkan, contohnya bahasa Inggris. Ini adalah keberkahan penghafal Alquran,” ungkapnya.
Dia menuturkan, “Saya ini awalnya tidak cerdas. Berikutnya dicerdaskan lewat Alquran. Jadi, siapa yang ingin cerdas, hafalkan Alquran!” saran dia. “Menghafal Alquran itu mencerdaskan.”
Mengutip Surat Almuzammil Ayat 5, dia mengatakan, Alquran adalah perkataaan yang berat. Oleh karena itu, dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Ar-Rahmah (STIDKI) Surabaya itu berpesan kepada para siswa Hamas School, untuk rajin berlatih menghafal Alquran. “Dan harus semangat murajaah dan setoran. Man jadda wa jada,” pesannya.
Ustadzah Fidah menyampaikan, acara ini adalah salah satu usaha mendekatkan peserta didik dengan orang alim. “Semoga membawa kemanfaatan dan keberkahan bagi seluruh Ananda,” tuturnya. (Fillah)