PWMU.CO – Kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Pradana Boy ZTF, segera bergabung di Istana Negara.
Berdasarkan Surat Keputusan Sekertaris Kabinet Republik Indonesia No. 46 Tahun 2018, ia akan mendampingi Siti Ruhaini Dzuhayatin, Staf Khusus Bidang Kegamaan Internasional yang baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo.
Di sela kesibukannya mempersiapkan diri sebelum bergabung ke Istana Negara, Sabtu (28/7/18), Pradana menyampaikan kisah perjalanan hidupnya kepada PWMU.CO.
Besar di tengah keluarga petani sederhana di Kabupaten Lamongan, Pradana adalah sosok bersahaja yang penuh semangat dan motivasi untuk terus berprestasi.
“Untuk apa manusia hidup jika tidak untuk terus bersemangat dan menantang diri sendiri agar tahu kelemahan diri,” kata dosen Program Studi Syariah UMM ini.
Pradana remaja yang saat itu baru saja lulus SMA, memutuskan hijrah dari Lamongan untuk menempuh studi S1 di UMM. Ia berencana mengambil Program Studi Manajemen.
“Syariah itu bukan pilihan utama saya kuliah di UMM. Pikiran lugu saya orang pesisir Lamongan, baru lulus SMA, sekolah manajemen dan jadi manager. Sudah hanya itu, tapi ternyata saya harus memupuskan niat kuliah di jurusan tersebut,” jelasnya.
Tak disangka, biaya untuk jurusan impiannya ternyata cukup mahal. Tak ingin kembali ke Lamongan sia-sia, ia pun memutuskan untuk mencari jurusan paling murah di UMM kala itu, agar bisa tetap berada di Malang dan keinginannya menjadi mahasiswa terwujud.
“Cari yang paling murah atau kalau gak bisa dapat yang murah kita pulang. Itu kalimat Bapak yang akhirnya membuat saya menjatuhkan pilihan pada Syariah,” kisahnya.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan menempuh studi di perguruan tinggi, Pradana terus meningkatkan kualitas diri. Ia memanfaatkan berbagai peluang untuk dapat menyuarakan tulisan, gagasan, dan karyanya.Tak disangka, gaung karya Pradana sampai pada Kedutaan Besar Amerika.
“Saat dihubungi oleh staf Kedutaan Amerika dan diajak untuk makan malam saya hanya berpikir bahwa saya diundang makan malam dalam konferensi,” tegasnya.
Namun kemudian ia sangat terkejut saat tahu bahwa menjadi satu-satunya perwakilan Muhammadiyah yang berada di meja makan malam Duta Besar Amerika tersebut. Pradana mengingat, hanya ada delapan orang di meja makan malam itu.
“Saya pikir hanya makan malam biasa, ternyata jamuan makan malam khusus dan hanya saya yang dari Muhammadiyah,” terangnya dengan bahasa Jawa.
Keberlanjutan makan malam tersebut, membawa pria asal Desa Mencorek, Kecamatab Brondong, Kabupaten Lamongan ini mengenyam pendidikan singkat bidang ilmu politik di University of Massachusetts, Amerika Serikat (AS).
Menyelesaikan pendidikan magister bidang antropologi di Australian National University (ANU) dan pendidikan doktoral di National University of Singapore (NUS) bidang kajian Melayu tak serta merta membuat putra Muhammadiyah ini lupa dengan Tanah Air.
Selama menyelesaikan tesis dan disertasinya, penulis novel Kembara ini terus menggali sejarah Islam dan peradaban dunia di Nusantara. Pemikiran-pemikirannya terhadap perkembangan Islam di nusantara menjadikannya terkenal dengan julukan pemuda pemikiran moderat.
Dipercaya sebagai Asisten Staf Khusus Bidang Kegamaan Internasional, Pradana berharap dapat mengemban kepercayaan ini dengan sebaik-baiknya.
“Karena ini amanah, maka saya berharap bisa menyelesaikan tugas ini hingga selesai,” pungkasnya. (Izzudin)