PWMU.CO – “Ayu……….turun sekarang, kalau tidak turun sekarang tidak boleh tidur kamar malam ini.” Terdengar teriakan dari pengasuh panti asuhan PWMU.CO berkunjung ke Panti Asuhan Aisyiyah Siti Fatimah (Payasifa), Sabtu, (28/7). Sebuah Panti Asuhan unggul yang berlokasi di kelurahan Sembung, Kecamatan kota, Kabupaten Tulungagung.
Tidak berselang lama, Ayu Yolanda, yang semula berdiri diatas “wuwung” genteng berjalan turun sambil terisak tangis, begitu turun langsung menyalami dan mencium tangan ibu pengasuh yang memanggilnya.
Dialah Ismayati, yang akrab disapa mama atau bu Isma. Perempuan energik berusia 63 tahun itu adalah pengasuh Panti Asuhan Aisyiyah Siti Fatimah. “Ayu memang anaknya agak tomboy sehingga naik wawung itu biasa bagi dia. Walau begitu, dia sudah hafal juz 30. Diantara teman sekelas, kelas 4 SD Inovatif Aisyiyah, hafalannya paling banyak,” cerita Mama tentang Ayu.
Begitulah kesibukan keseharian Mama di Payasifa sebagai pengasuh. Ditunjuk oleh Majelis Pelayanan Sosial Pimpinan Daerah Aisyiyah Tulungagung yang diketuai Hj Mukaji, Mama pun menerima amanah tersebut. Maka, sejak tahun 2008 hingga sekarang, Ismayati adalah pengasuh Payasifa.
Seiring perjalanan waktu, juga terdapat beberapa kemajuan di panti ini. Di antaranya adalah jumlah santri dan juga variasi santrinya. “Di tahun awal saya masuk, jumlah anak 25. Sekarang bertambah menjadi 35 anak puteri. Jika dulu tidak ada anak asuh puteranya, sekarang jumlahnya mencapai 10 anak.”
Dalam hal pengasuhan dan masalah urusan administrasi anak asuh, Mama dibantu oleh 3 orang yang dulunya adalah anak asuh. Mereka adalah Dewi Astutik Rahayu Ningrum, Nina kurniawati dan Asma’ Khoyrun Nisa’. Sementara untuk kurikulum pendidikan agama dan Kemuhammadiyahan di panti ini dipegang Anawiyah dan Selanudin.
“Selain sebagai pusat pengkaderan Muhammadiyah dan Aisyiyah, mengantarkan anak asuh sukses dunia dan akhirat adalah tujuan pengasuhan ini. Caranya adalah melalui pendidikan formal dan agama,” lanjut Mama.
Untuk pendidikan formal santri Payasifa, “kewajiban” panti ini tidak hanya menuntaskan sekolah tingkat atas atau SMA. Tapi diusahakan minimal sampai S-1 sebagai bekal menjadi kader penerus Muhammadiyah. “Alhamdulillah salah satu anak asuh sudah menjadi dosen. Selain itu, ada anak kami yang baru saja menyelesaikan S-2,” cerita Mama dengan bangga tentang anak-anak asuhnya.
Selain itu, Payasifa juga punya 16 anak asuh yang masih menempuh jenjang sarjana, S-1. Masing-masing 5 anak asuh berkuliah di Universitas Muhammadiyah dan Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung. “Ada 4 anak yang kuliah di Universitas Negeri Jember, serta 1 orang di UIN Jogja dan Unmuh Yogyakarta,” cerita Ismayati.
Lantas bagaimana membiayai anak asuh yang sedang kuliah tersebut? Untuk mereka yang kuliah di luar kota Tulungagung, mereka masuk melalui jalur bidikmisi. “Sehingga ada efisiensi dalam hal pengeluaran panti asuhan. Sementara untuk kehidupan sehari-hari, mereka mendapatkan jatah dari panti asuhan.”
Dalam bidang administrasi, predikat A baru saja diperoleh Payasifa dari Dinas Sosial pada 2017. “Ini adalah hasil jerih payah semua yang terlibat di panti asuhan ini. Mulai dari PDM, PDA, Majelis, anak asuh dan donatur tentunya,” ungkap Mama.
Selain itu, Panti Asuhan menjadi rumah singgah bagi beberapa anak yang sedang bermasalah dengan hukum. “Ada beberapa anak yang memang menghadapi permasalahan dengan hukum. Selama dalam proses, mereka dititipkan di sini oleh pihak yang berwajib,” lanjut Mama.
Selain kesibukan mengasuh anak panti, ternyata Mama juga punya kegiatan lain. Di antaranya adalah sebagai guru di TK Aisyiyah Bustanul Athfal ABA Bangau Putih. Sebuah TK Aisyiyah terbesar se-Kabupaten Tulungagung dengan jumlah murid 300-an anak. Mama sendiri merupakan guru kelas B2.
“Dulu saat TK berdiri sekitar tahun 1999, saya sebagai kepala sekolah sampai 2 periode. Sekarang menjadi guru kelas, sedang kepala sekolah dipegang oleh bu Imroatin,” demikian kisahnya.
Meski seabreg kegiatan dijalaninya, Mama tidak lupa akan keluarga. Bersama dengan suaminya, Sunardi, Ibu dari 3 anak itu berhasil menyekolahkan anaknya hingga lulus perguruan tinggi. “Anak harus sekolah. Urusan kesuksesan di dunia biar Allah yang menentukan. Selama anak jujur, Insya Allah selamat dunia dan akhirat,” pungkasnya. (hendra pornama)