PWMU.CO-“Hati-hati kalau muncul bintik-bintik tebal warna putih agak abu-abu pada tonsil atau masyarakat bilang amandel, itu merupakan tanda-tanda penyakit difteri,” ujar dokter Mira Novita dalam acara Talkshow Sosialisasi Penyakit Difteri di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya atau SD Mudipat, Selasa (31/7/2018).
Acara diselenggarakan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) bekerja sama dengan Unicef dan Dinas Kesehatan Surabaya. Sebagai narasumber dokter Mira Novita dari Dinas Kesehatan Surabaya, Arie Rukmantara, Kepala Perwakilan Unicef Jawa-Bali, dan M. Syaikhul Islam, Kepala SD Mudipat.
Dokter Mira menambahkan, ciri-ciri tonsil yang terkena difteri tidak sama dengan sariawan. Pada sariawan bintik-bintik warna putih berbentuk cekung. Sedangkan pada difteri bintik-bintiknya menonjol warna putih agak abu-abu. Dalam kondisi parah, tenggorokan bisa dilubangi untuk jalan nafas.
Untuk menanggulangi penyakit difteri, dilakukan program imunisasi di sekolah, Puskesmas, dan Posyandu. “Dinas Kesehatan Surabaya tahun ini sudah melakukan program imunisasi putaran pertama pada Februari kemarin. Putaran kedua sedang berjalan mulai bulan Juli ini. Putaran ketiga dilaksanakan bulan November,” jelas dokter Mira.
“99,4 persen warga Surabaya usia 2 bulan sampai 19 tahun sudah mendapat imunisasi pada putaran pertama kemarin,” kata dia menambahkan.
Perempuan yang menjabat Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya itu mengatakan, pemberian imunisasi harus lengkap sebanyak tujuh kali sebelum anak lulus SD.
“Jangan sampai tertinggal satu pun, karena difteri merupakan penyakit yang berbahaya dan bisa berakibat meninggal dunia. Kalau terlewat harus imunisasi ke puskesmas atau posyandu pasti dilayani,” katanya.
Sementara Arie Rukmantara, Kepala Perwakilan Unicef Jawa-Bali mengatakan, Surabaya telah berhasil menanggulangi penyakit difteri melalui program imunisasi. “Para orangtua di Surabaya ini luar biasa, berhasil mengajak anak-anaknya berbondong-bondong ke Posyandu, Puskesmas, dan sekolah untuk imunisasi difteri,” ujarnya.
Anak-anak Indonesia, lanjut Arie, merupakan komunitas terbesar ke empat di dunia. Punya mobilitas yang cukup besar, jadi mereka harus mendapat perlindungan yang kuat dari penyakit.
Syaikhul Islam, Kepala SD Mudipat Pucang, mengatakan, para orangtua tidak perlu khawatir atas kehalalan vaksin difteri.
“Saya berharap program imunisasi di sekolah bisa diikuti oleh semua siswa tanggal 14 Agustus mendatang, kalau kebetulan tidak bisa imunisasi di sekolah bisa imunisasi di Puskesmas,” ujar pria asal Bojonegoro itu. (Anang)