PWMU.CO – SD Muhammadiyah 6 Gadung Surabaya kedatangan tamu istimewa. Sepuluh mahasiswa asal Eropa berkunjung ke sekolah ini, Selasa (31/7/2018). Kunjungan ini bagian dari program pertukaran budaya antara Indonesia dengan beberapa negara asal dari mahasiswa itu.
Mereka berasal dari Rumania, Jerman, Kanada dan Spanyol. Kedatangan mereka disambut hangat oleh keluarga besar SDM 6. Sejak turun dari mobil, siswa dan guru-guru telah berbaris di pintu gerbang sekolah. Siswa kemudian memberikan ucapan selamat datang.
Para mahasiswa asing itu diarak menuju halaman sekolah. Di sana para siswa telah menunggu dan bersiap diri dengan alat musik angklung di tangan. Tak lama kemudian lagu Kerabben Sape dari Madura mengalun. Disusul Mars Sang Surya, dan lagu lainnya.
Mahasiswa asing itu mengapresiasi penampilan apik siswa. Mereka tertarik dengan alat musik angklung dari bambu itu. Lantas mereka mencoba memainkan. Beberapa siswa mengajari cara memainkan dengan menunjukkan masing-masing angklung punya nada. “Nice,” kata Diana dari Rumania.
Sepuluh mahasiswa asing itu adalah Cosmin Grigore, Elena Diana, Ana Marie Corinna, Stephanie Daniela (Rumania), Lucia Adelina, Natalie Sofia, Alex Bibiana, Elisa Babal (Spanyol), Xinyi Anna Katherine (Kanada), Yuting Wilhelmina Rose (Jerman).
Kepala SDM 6 Gadung Munahar mengatakan, kunjungan ini adalah bagian dari pertukaran budaya antara Indonesia dengan beberapa negara asal dari mahasiswa itu. Selain itu, untuk merajut kebersamaan dengan memahami perbedaan satu sama lainnya.
“Kesempatan emas ini kami manfaatkan untuk memperkenalkan budaya nusantara dan keberagaman di Indonesia kepada dunia melalui mahasiswa asing ini,” terangnya.
Munahar berharap, kedatangan mahasiswa asing ke sekolahnya bisa melecut semangat belajar siswa. Terutama semangat belajar bahasa Inggris. “Semoga dengan ini siswa terinspirasi melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Sebab, moto sekolah adalah Quranic and International School,” tegasnya.
Selesai acara penyambutan, sepuluh mahasiswa asing diajak masuk kelas. Mereka belajar menganyam dan membatik. “Dua kegiatan itu memperkenalkan kekayaan dan kekhasan budaya Indonesia,” pungkas Munahar. (Aan)