PWMU.CO-Semakin dekat manusia dengan Alquran semakin tinggi derajatnya. Sebaliknya semakin jauh manusia dengan Alquran semakin dekat kebinasaannya. Sebab Alquran itu adalah hudan, petunjuk, yang menerangi manusia.
Hal itu disampaikan Ustadz Muhammad Sholihin MPSDM dalam kajian tafsir Alquran untuk guru-karyawan SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, Jumat (3/8/2018). Surat yang dibahas Al A’raf : 181-185.
Menurut Sholihin, ada tiga keutamaan orang mempelajari Alquran. Pertama, derajatnya diangkat oleh Allah. ”Semakin dekat dengan Alquran semakin tinggi derajatnya. Sebab Alquran itu adalah hudan, petunjuk, yang menerangi manusia,” kata Sholihin. ”Sebaliknya orang yang jauh dari Alquran, jauh juga dengan penerangan, dia tersesat dan dekat kebinasaan,” tambahnya.
Dalam ayat 181, ujar dia menerangkan, di antara orang-orang yang diciptakan Allah terdapat suatu kaum. Kaum itu adalah sekelompok umat yang selalu memberi petunjuk, memberi kebenaran, dan selalu mengajak kebaikan.
”Apa-apa yang disampaikan kaum tersebut berdasarkan Alquran. Kebenaran tersebut sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan petunjuk itulah ia melaksanakan keadilan,” jelasnya.
Keutamaan kedua, kata dia, belajar Alquran untuk ditukar dengan kepentingan dunia. Dan ketiga, belajar Alquran untuk merendahkan Alquran. ”Banyak orang yang belajar bahkan hafal Alquran, namun punya tujuan untuk merendahkan Alquran,” ungkapnya.
Dia juga menjelaskan, integritas ajaran Islam ada lima. Yaitu taamat, mirrabbika, shidqa, adil dan dijamin tidak berubah. ”Taamat berarti agama Islam itu adalah agama yang sempurna. Mirrabbika berarti asli, original atau langsung dari Allah. Shidqa berarti benar,” terang mantan kepala SD Mudipat periode 2005-2014
Adil, sambung dia, maknanya dengan memberi contoh ayat 7-8 dari surat Az Zalzalah. Artinya, barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya Allah akan memberi balasan. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya Allah akan membalasnya pula.
“Sekecil kebaikan maupun keburukan akan ada balasanya, tidak ada yang sia-sia. Yang terpenting juga adalah tidak ada sedikit kejelekan yang lepas dari Allah. Itulah contoh adil dari Allah,” tegasnya.
Terakhir di dalam ayat 184-185 diterangkan, Allah menangguhkan kepada siapa saja yang berbuat kejelekan. Penangguhan ini bertujuan untuk memberi kesempatan agar bertaubat. “Umat Nabi Muhammad adalah umat yang istimewa. Jika berdosa tidak langsung dihukum seperti umat Nabi yang lain. Tetapi diberi kesempatan untuk bertaubat,” jelasnya. (Azizah)