PWMU.CO – Sebuah status terbaca oleh saya. Sekilas. Tertulis di sana bahwa Prof Saiful Anam UINSA wafat. Tidak yakin, saya kemudian googling. Hanya ada dua berita: ANTARA dan Republika Online, yang menulis “Unair-UINSA Kehilangan Guru Besar Hukum”. (pwmu.co sebenarnya juga telah menurunkan berita dengan judul Tokoh Tarjih Itu Telah Berpulang, pagi tadi, red)
Saya cek ke Dr Arfan Muammar, sahabat saya yang dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya–Prof Saiful Anam adalah Direktur Pascasarjana di situ. Apa benar Prof Ahmad Saiful Anam wafat? “Benar, Mas Hus,” jawab Mas Arfan lewat WhatsApp, “ini saya baru pulang dari rumah duka.” Saya tanya lagi, “Sakit apa?” Mas Arfan menjawab, “Diabetes.”
Innalillahi. Ya, Prof Ahmad Saiful Anam telah wafat Kamis pagi (12/5). Beliau guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya. Tapi saya kenal beliau di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Saat itu, saya kuliah Pascasarjana, dan beliau adalah dosen saya di kampus yang berlokasi di Jalan Sutorejo itu.
(Baca juga: Prof Ahmad Saiful Anam di Mata Kolega)
Seperti tidak percaya bahwa Prof Saiful Anam wafat. Penampilan beliau segar bugar. Kenangan saya, beliau mengajar dengan humoris. Serius tapi santai. Saya baru paham cara menulis makalah Takhrij Hadits juga dari beliau. Bagaimana cara, sistematika, dan apa saja yang harus ada dalam mentakhrij hadits, beliau memahamkannya kepada saya.
Bahkan, dan ini yang paling berkesan di benak saya, beliau yang merevisi total tesis saya. Judul tesis saya adalah “Multiple Intelligences dalam Perspektif Alquran.” Hanya saya kerjakan selama sekitar 25 hari. Jadi, tidak ada sebulan. Ngebut. Nah. Begitu ujian, beliau penguji utama. Langsung saja tesis saya dipreteli.
Coretan di sana sini. Bahkan, ada beberapa pertanyaan terkait konten tesis yang tidak sanggup saya jawab. Saya masih ingat betul itu. Juga bagaimana tesis saya tiba-tiba penuh dengan tinta merah. Tentu saja dari pena beliau.
Sesampai di rumah, segera saya lakukan revisi. Saya baca ulang tesis saya. Sesuai koreksi dari beliau. Banyak ilmu baru kemudian saya dapat. Ada beberapa masalah yang luput dari perhatian saya di tesis itu. Analisis saya dangkal. Mungkin karena mengerjakan dengan tergesa itu. Dan, Prof Saiful Anam sangat jeli.
Alhamdulillah. Tesis akhirnya dapat nilai A+ dan insya Allah segera saya siapkan menjadi buku. Terima kasih, Prof. Selamat jalan. Ilmu yang Panjenengan suntikkan kepada kami semua, insya Allah, akan menjadi amal jariah. Amin Ya Allah.
Oleh M Husnaini, alumni Pascasarjana UMSurabaya tahun 2015