PWMU.CO – Sudah menjadi rahasia umum jika kondisi perpolitikan di negeri ini cukup mengkhawatirkan. Dalam Pemilihan Umum (Pemilu), baik legislatif maupun kepala daerah, seringkali aroma politik uang begitu kuat tercium. Dan, bukan rahasia lagi jika tidak sedikit pemilih yang menjatuhkan pilihan politiknya karena iming-iming uang, bukan kapasitas dan integritas calon.
Karena itu, sebagai gerakan dakwah yang juga bagian dari Indonesia, Muhammadiyah harus turut memperbaiki kondisi ini. Salah satunya dengan mengembalikan politik ke ranah yang sesungguhnya sebagai praktik yang beradab. Demikian disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Achmad Jainuri, dalam siturrahmi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sugio, PCM Babat, PCM Kedungpring dan PCM Pucuk di SMA Muhammadiyah 1 Sugio Lamongan, (29/7).
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel ini lantas menguraikan tentang langkah Muhammadiyah Jatim yang dalam Pemilu 2019 ini mewakafkan 2 pimpinan ke dunia politik. Nadjib Hamid MSi diutus untuk Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dan Prof Zainuddin Maliki untuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik (DPR RI). “Dalam jihad politik ini, mari kita kembalikan politik yang beradab dengan mengedepankan integritas dan kapasitas untuk para pemimpin yang akan kita pilih nanti,” tegasnya.
Jainuri juga mengingatkan warga Muhammadiyah untuk menjauhi iming-iming uang dalam Pemilu apapun. Sebab, uang yang tak seberapa itu, jika dijadikan alasan memilih dengan mengesampingkan kapasitas dan integritas calon, dampaknya sangat buruk bagi perjalanan bangsa Indonesia.
“Apalah artinya uang lima puluh ribu, seratus ribu, tapi dampaknya luar biasa rusak bagi bangsa ini. Dan, secara teologis juga akan terus ikut menanggung dosanya,” demikian Jainuri menegaskan.
Pada kesempatan yang sama, Prof Zainuddin Maliki juga mengingatkan warga Muhammadiyah untuk tidak boleh merasa “puas” dengan kinerjanya saat ini. Meski telah berhasil melakukan jihad dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan lainnya minus politik. Kenapa? “Karena hal itu tidak menjadikan Muhammadiyah kuat bila tidak diimbangi dengan jihad politik,” tegas Zainuddin.
Wakil Ketua PWM jatim itu membeberkan fakta saat ini, yang menurutnya karena lemahnya politik, hampir tidak ada kader Muhammadiyah yang duduk di jajaran kabinet atau pos-pos penting lainnya. “Padahal dulu kader Muhammadiyah ada di mana-mana,” terangnya.
“Coba lihat susunan kabinet sekarang ini hanya satu orang kita, Pak Muhajir Efendi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,” lanjutnya. Meski hanya satu, tambah Zainuddin, berbagai kebijakan Mendikbud pun banyak direcoki oleh berbagai kepentingan golongan lain tanpa alasan yang jelas. “Itu pun masih saja digegeri ketika Pak Muhajir membuat kebijakan-kebijakan baru seperti penguatan pendidikan karankter, zonasi, dan lain-lain,” tandasnya.
Menurut guru besar sosiologi politik ini, kondisi tersebut merupakan salah satu akibat dari lemahnya politik di Muhammadiyah. “Untuk itu kita ingin mengembalikan lagi kejayaan Muhammadiyah melalui jihad politik,” tandas bacaleg DPR RI yang berangkat dari Daerah Pemilihan Lamongan-Gresik tersebut.
Antusiasme warga Persyarikatan untuk menghadiri acara silaturrahmi di SMA Muhammadiyah ini memang sangat luar biasa. Meski hanya 400 undangan yang disebar, ternyata warga yang hadir membludak hingga 950. Tak pelak panitia pun semakin sibuk.
Selain Prof Jainuri dan Prof Zainuddin, hadir dalam acara ini adalah Nadjib Hamid MSi calon DPD RI utusan Muhammadiyah Jatim, serta Nugraha Hadi Kusuma, sekretaris tim pemenangan Nadjib Hamid untuk DPDRI wilayah Jawa Timur. (uzlifah)