PWMU.CO – Sujud adalah saat dan kondisi yang paling dekat kepada Allah. Ketika seseorang dengan tulus ikhlas menempelkan dahi dan mukanya pada permukaan bumi. Taat dan patuh menyungkur, meletakkan kepalanya di tanah. Di tempat terendah. Sejatinya, saat yang sama, siapa pun dia, sedang meletakkan ego, logika, dan akal pikirannya. Mengalahkan kesombongan akal pikirannya. Meninggikan dan mengagungkan kebenaran mutlak dari Rabb-nya.
Mau atau tidak kebanyakan manusia semakin tua semakin terbungkuk. Merunduk, kepala tertarik ke bumi. Seperti filosofi sujud. Tidak hanya kepala. Bahkan seluruh jasad terus merunduk. Menembus bumi. Mati.
Bukankah diri ini juga semakin tua semakin rapuh semakin terbungkuk dan merunduk. Disadari atau tidak. Sungguh kita butuh banyak bekal yang memadai untuk memulai perjalanan yang sangat jauh.
(Baca: Filosofi Martabak)
Kita butuh banyak bukti rekam jejak kebaikan yang memadai. Itupun tidaklah cukup kecuali kita semua mendapat karunia rahmat dari-Nya. Kita butuh banyak rekam jejak kesalihan dari tutur kata dan sikap laku.
Teruslah mengajak tapi jangan mengejek. Teruslah merangkul jangan malah memukul. Teruslah menggandeng, jangan malah menendang. Teruslah membimbing, dan jangan malah membanting. (*)
Oleh drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu PWM Jatim