PWMU.CO-Menyikapi kekhawatiran fenomena sugar daddy dan sugar baby di masyarakat, Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Malang goes to public space yang dikemas dalam bentuk talkshow di panggung Islamic Book Fair Malang, Senin (7/8/2018).
Mengangkat tema Menjaga Cinta dan Kehormatan, PDNA Kota Malang menghadirkan dua pemateri yaitu Ni’matuzahroh SPsi MSi dan Annisa Rosydah SAg. Tema tersebut dibahas dari dua perspektif yang berbeda, yakni psikologi dan agama.
Menurut Ni’matuzahroh, tidak diketahui pasti sejak kapan istilah sugar daddy dan sugar baby muncul. “Sugar daddy merupakan istilah yang merujuk pada pria dewasa yang menghabiskan banyak uang untuk kekasih (gelap) yang berusia jauh lebih muda,” jelas Ni’mah di hadapan puluhan remaja yang hadir pada talkshow tersebut.
Sedangkan sugar baby merupakan perempuan muda yang menjalin hubungan (gelap) dengan sugar daddy. “Selain faktor uang, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab seorang perempuan bisa terjerat hubungan dengan sugar daddy, di antaranya tren, pemberian hadiah mewah, atau malah hanya karena ingin bersenang-senang,” paparnya.
Dia menjelaskan, ada alasan eksternal dari sugar baby. “Seperti kurangnya perhatian dari orang tua, adanya konflik keluarga, kebiasaan seorang perempuan yang hidup hedonis. Hubungan antara sugar baby dan sugar daddy ini menyebabkan putusnya siklus perkembangan remaja normal,” tegas dosen Fakultas Psikologi UMM tersebut.
Sementara Annisa Rosyidah menjelaskan, fenomena sugar daddy jelas bertentangan dengan ajaran Islam sebagai agama rahmat. “Islam datang untuk mengangkat harkat derajat wanita. Sedangkan sugar baby adalah bentuk eksploitasi wanita,” terang wanita yang akrab disapa Anis itu. (Loresta Nusantara)