PWMU.CO– Ketua Badan Pembina Harian Umsida Prof Achmad Jainuri mengingatkan agar rakyat Indonesia harus pandai-pandai memilih pemimpin. Timbang-timbang manfaat dan mudharatnya. Jika banyak mudharatnya jangan dipilih.
Hal itu disampaikan Achmad Jainuri disampaikan dalam talkshow Oase Bangsa Radio Suara Muslim bekerja sama dengan Umsida, Rabu (8/8/2018). Topik yang diperbincangkan Pilpres dan Aspirasi Umat. Acara bertempat di Aula Ki Bagus Hadikusumo kampus Umsida.
Menurut Jainuri, ada tiga standar yang harus dipenuhi seorang calon pemimpin dalam Pilpres mendatang. “Tiga standar itu pemimpin Indonesia yang baru harus paham politik dan agama Islam. Ia juga harus bisa konsisten terhadap janjinya kepada rakyat. Terakhir, pemimpin indonesia harus paham segala ilmu, harus cakap disegala aspek,” tegasnya.
Dia menambahkan, dalam memilih seorang pemimpin hendaknya menimbang manfaat dan mudharat yang akan terjadi dalam masa kepemimpinan seseorang. “Jika lebih banyak mudharatnya, maka jangan dipilih. Kita harus pandai-pandai mempertimbangkan calon pemimpin bangsa kita,” ujarnya.
Dia mengatakan, posisi umat Islam di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok. “Kelompok hijau yang pertama adalah TNI, yang bertugas menjaga keamanan dan kedaulatan negara. Sedangkan kelompok hijau yang kedua adalah umat Islam dan para ulama, yang menjaga kedudukan Islam di Indonesia, nilai nilai budaya dan moral bangsa,” katanya.
Pendapar senada disampaikan Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera. Ia mengatakan, pemilik utama negeri ini adalah rakyat. “Namun jika rakyat tidak partisipatif, maka tidak dianggap,” ujarnya.
Ia menegaskan, gerakan #2019GantiPresiden memiliki pijakan yang kuat. Karena sistem politik menjadi salah satu penentu kesejahteraan, maka tidak ada partai politik atau penguasa yang begitu saja memberikan kesejahteraan pada rakyatnya, kecuali rakyatnya berani mengontrol.
“Sebenarnya gerakan #2019GantiPresiden hadir untuk melepaskan semua belenggu agar rakyat jadi pemberani. Berani dalam artian memilih pemimpin yang sesuai dengan harapan umat,” tandasnya. Ia berpendapat, pada era pemerintahan terdahulu, rakyat sudah banyak diam. (Tia/Real)
PWMU.CO– Ketua Badan Pembina Harian Umsida Prof Achmad Jainuri mengingatkan agar rakyat Indonesia harus pandai-pandai memilih pemimpin. Timbang-timbang manfaat dan mudharatnya. Jika banyak mudharatnya jangan dipilih.
Hal itu disampaikan Achmad Jainuri disampaikan dalam talkshow Oase Bangsa Radio Suara Muslim bekerja sama dengan Umsida, Rabu (8/8/2018). Topik yang diperbincangkan Pilpres dan Aspirasi Umat. Acara bertempat di Aula Ki Bagus Hadikusumo kampus Umsida.
Menurut Jainuri, ada tiga standar yang harus dipenuhi seorang calon pemimpin dalam Pilpres mendatang. “Tiga standar itu pemimpin Indonesia yang baru harus paham politik dan agama Islam. Ia juga harus bisa konsisten terhadap janjinya kepada rakyat. Terakhir, pemimpin indonesia harus paham segala ilmu, harus cakap disegala aspek,” tegasnya.
Dia menambahkan, dalam memilih seorang pemimpin hendaknya menimbang manfaat dan mudharat yang akan terjadi dalam masa kepemimpinan seseorang. “Jika lebih banyak mudharatnya, maka jangan dipilih. Kita harus pandai-pandai mempertimbangkan calon pemimpin bangsa kita,” ujarnya.
Dia mengatakan, posisi umat Islam di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok. “Kelompok hijau yang pertama adalah TNI, yang bertugas menjaga keamanan dan kedaulatan negara. Sedangkan kelompok hijau yang kedua adalah umat Islam dan para ulama, yang menjaga kedudukan Islam di Indonesia, nilai nilai budaya dan moral bangsa,” katanya.
Pendapar senada disampaikan Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera. Ia mengatakan, pemilik utama negeri ini adalah rakyat. “Namun jika rakyat tidak partisipatif, maka tidak dianggap,” ujarnya.
Ia menegaskan, gerakan #2019GantiPresiden memiliki pijakan yang kuat. Karena sistem politik menjadi salah satu penentu kesejahteraan, maka tidak ada partai politik atau penguasa yang begitu saja memberikan kesejahteraan pada rakyatnya, kecuali rakyatnya berani mengontrol.
“Sebenarnya gerakan #2019GantiPresiden hadir untuk melepaskan semua belenggu agar rakyat jadi pemberani. Berani dalam artian memilih pemimpin yang sesuai dengan harapan umat,” tandasnya. Ia berpendapat, pada era pemerintahan terdahulu, rakyat sudah banyak diam. (Tia/Real)